Senin, 17 Februari 2014

EMPAT PULUH LIMA kilogram?



Bajuku dulu, tak begini…
Tapi kini tak cukup lagi (kelonggaran) :p
Hey…
Entah berapa orang yang dengan jujurnya bilang kalo gue itu makin k*r*s
Entah harus seneng atau bahagia, tapi yang pasti gue jalani aja apa adanya.
Mau kurus, mau gemuk, atau yang sedang-sedang aja itu kan tergantung sama yang ngejalaninnya,
Pokoke happy :p
45 kg? haaah?!!! Temen gue cengo’ pas liat timbangan BB Gue, ckckc
Kata dia polos “kok bisa? Aaah beti (beda tipis) lah sama gue beda 15 kg doang", spontan Mba yang ada disitu ketawa lepas denger pernyataan temen gaje gue itu.
Well,
Everything is gonna be Ok Sis…
Gak apa-apa ah BB gue segini juga, malah kalo liat diberita-berita, atau artis-artis dan orang-orang berdarah biru itu untuk menurunkan BB (Berat badan) beberapa kilogram saja perlu merogoh jutaan rupiah dikantongnya. Wuiih, subhanallah… kalo buat makan mahasiswa bisa lah utk satu semester, ckckc
Pernah beberapa kali ngalamin hal yang sedikit ‘memalukan’,
Bayangin deh, pas lagi sibuk-sibuknya mondar-mandir kampus di tengah keramaian, eh tetiba rok bagian belakang (ada resletingnya) udah ada di depan aja, dan parahnya, gue sadarnya itu lama banget,
Helooo???
padahaln gue itu udah ngelewatin berapa banyak orang sedari tadi, hikshuks…
Whatever will be will be, alright?
Setahu gue sih turunnya BB yang drastis bisa disebabkan banyak faktor, tapi…
Mau tau gak, katanya faktor pikiranlah yang paling dominan, maksudnya kalo fikiran kita lagi bermasalah, entah apapun itu masalahnya (apalagi tentang perasaan :P) itu bakalan nyedot banget BB lo…
Cobain deh ;)
Hahaha
Kalo gue sih bukan faktor itu aja, tapi emang kemaren lagi sibuk penelitian juga, yang emang bener-bener dituntun untuk kerja fisik yang dahsyat, sampe sering banget pengamatan sampe malem loh, padahal itu bulan Ramadhan, huks…
Ya apa boleh buat, untung selalu ada temen yang mau nemenin, thanks banget buat kalian,
Juga para pekerjaku yang setia membantu.
Oia, tuntutan peran juga yang jadi pemikiran gue kala itu, haha
Ngerti kan maksudnya?
Yaaa begitulah…
Tapi gue yakin, insyaAlloh gue mau naikin BB gue lagi sampe tarap IDEAL,
dan sekarang nikmati aja masa-masa langsingnya :D :D :D


Minggu, 16 Februari 2014

Ah, i am falling in love (again) :D

Aaaah, pesona jiwanya terpancar indah,
setiap kali menatapnya,
ada sesuatu yang saya sendiri tak bisa mendefinisikannya,
mungkin jatuh cinta?
bisa jadi...

Anis Matta,
pertama kali saya mengenalnya sebagai sosok yang biasa saja,
namun setelah mengenal lebih dekat, ternyata ada hal luar biasa dalam dirinya.
memang tak banyak buku yang saya punya tentangnya,
namun tulisannya di sosmed, jarang sekali terlewati.
saya suka gaya bicaranya, suka cara penyampaiannya,
suka bahasanya, suka performance-nya, suka kesemua-muanya.
aah, saya jatuh cinta padanya.

Semangat pemuda nya masih mengakar menggurat di wajahnya,
setiap gerik yang dilakukannya nampak begitu tulus di mata saya,
tentang sosok seorang Ayah, dan suami dari dua istri itu,
begitu memesona...
aku teramat mencintainya.

Sepotong episode

 Inilah perjalanan tugas akhirku...
banyak sekali cerita tentangnya.
cerita suka, duka juga ada... haru, canda (kadang2), serius, oon (gak ngerti), haha nano-nano deh.
 Bermula pada bulan akhir Maret 2013, aah kenangan bersama Bambara groundnut ini,
menggemaskan...
terima kasih pembimbing setiaku,
sekaligus ibu bagiku,
yap. Dr Ir Yudiwanti Wahyu Endro Kusumo Ms :-*
Pas pengamatan nih ;)
 Hingga pada akhirnya... taraaa !!! waktu panen pun tiba (horeeee !!!)
tapi...
ternyata, perjuangan belum berhenti sampai di sini. :D
PASCA PANEN. perjuangan kali ini lebih dahsyat kawan. 6 sampel setiap galur, terdiri dari 300 galur, jumlah sampel total 1800 untuk satu peubah. sedangkan, pengamatannya  ada 8 peubah loh, cmiwww...
chayoo, Lillah girls. dan Alhamdulillah... sampai juga pada tahap ini (dibawah ini nih)
 SEMINAR Selasa (07-01-2014). Hasil itu memang berbanding lurus dengan usaha loh,,,
eitzz jangan lupa doa juga yaaa...


Tara.... inilah hasil perjuangan itu, oh ternyata, hanya berupa lembaran kertas putih...
Dan....waktu 'menegangkan' itupun tiba... (Kamis 06 Feb 2014)
Yap, SIDANG alias ngobrol santai ala penelitian :p
hahaha
salam kecup buat penguji Dr Heni & Prof Sudarsono,
masukan beliau-beliau menandakan betapa lemahnya aku, ckckc
oia, ucapan makasih juga buat semua temen2 yang udah banyak banget ngasih semangat dan energi positifnya, ckckc
makasiih banyak  buat mamaku tercinta :-*
 buat  buat Dewi, Silmi, Eka, Afidatus, Ida, Hanifah, Ana, Fina, Catur,  temen2 Aliffah,
temen2 wisma tanjung, dan temen2 Balsem, ;)
dan yang gak bisa dimention atu-atu,
satu kata penutup yang bisa disampaikan,
MAKASIH
Makasih banyak ya Allah atas nikmat yang tak terkira ini.


Jauhi MAKSIAT sekecil apapun



Yang pernah saya dengar itu, maksiat bisa menolak rejeki, serta kebaikan Allah SWT, mungkin juga yang lainnya.
Yang saya fahami dulu, maksiat hanya sebatas pada (maaf) hubungan seksual antara pasangan yang bukan muhrim, namun lagi lagi saya salah. Ternyata maksiat begitu teramat luas cakupannya.
Bahkan dikatakan bahwa semua anggota tubuh ada tempat untuk maksiatnya.
Mata bermaksiat jika melihat yang tak pantas dilihat, (bukan mahrom, tontonan senonoh, pertunjukan yang tak bertanggungjawab, dll)
Telinga maksiatnya mendengar hal-hal yang seharusnya kita tak mendengarnya, missal saja orang-orang yang hobinya menggosip, menggibah, atau hanya sekedar mendengarkan lagu yang melenakan kita mengingat Allah SWT.
Tangan, kaki juga ada jinahnya. Melangkah dan berbuat yang tidak dianjurkan dalm islam pun akan diminta pertanggungjawabannya.
Dan semua anggota badan yang lainnya.
Oleh karenanya, berhati-hati dalam beraktivitas adalah hal penting, dan ilmu yang luas merupakan tembok untuk menjadi lebih baik, karena dengan ilmu lah kita dapat membedakan yang haq dan yang bathil.
Teringat ucapan seorang Ustadz,
“Lakukanlah kebaikan sekecil apaun, dan jauhilah kemaksiatan sekesil apapun”.

PERJUANGAN itu… justru ada pada waktu luang



Benar kata pepatah, semakin sibuk (banyak kegiatan) yang dilakukan, justru di sanalah mereka dekat dengan kata produktif. Bagaimana tidak, mereka orang-orang yang sibuk dalam berdakwah akan sangat hati-hati menggunakan waktunya, dan takkan pernah menyia-nyiakan waktunya barang sedetikpun, karena bagi mereka waktu adalah nyawa. Bahkan Hasan Al banna mengatan “jika saja bisa ku beli waktu kalian, maka akan aku lakukan itu. Karena sesungguhnya kewajiban itu lebih banyak dari waktu yang tersedia”. Kurang lebih kutipannya demikian.

Dan…
Beberapa hari belakangan ini, saya melepaskan status mahasiswa, dengan menyandang kata lulus Alhamdulillah. Dulu masa kuliah momen ini memang sangat saya damba-dambakan, bisa berleha-leha tanpa sibuk kuliah, tumpukan tugas dan laporan, bisa uncang-uncang kaki, dll. Namun kini berbeda kondisinya. Memang manusia itu kebanyakan tidak bersyukur, setelah mendapatkan ini mau itu, setelah mendapatkan itu mau ini, dan seterusnya dan seterusnya. Maka kata kuncinya diamanapun kita berada, ada diposisi apapun, di fase apapun itu, intinya adalah SYUKURI, Jika memang kita sudah melakukan yang terbaik menurut kesanggupan, maka yang terakhir adalah doa dan tawakal.
Dear, masa transisi sekarang ini, saya khawatir akan terjerumus euphoria kelulusan yang berbeda-beda orang menjalaninya. Ada yang memenuhi dengan hal-hal yang bermanfaat, ada juga sebaliknya. karena Life is choice, maka sebelum keburukan menguasai dirimu, maka sibukanlah dirimu dengan hal-hal yang baik, yang InsyaAlloh itu adalah jalan yang terbaik yang kau tempuh, hehe
Mencari pekerjaan, dan menunggu panggilan…
Itulah yang saya rasakan akhir-akhir ini, wajar sih, fresh graduate merasa memang belum bisa dikatakan bermanfaat manakala dirinya belum bisa mengabdikannya untuk bangsa, Negara dan keluarganya terutama. (meski belum wisudaan, hehe)
Yap, pilihan memang tetap pilihan.
Sambil menunggu jalan Allah yang telah dipersiapkan untuk jenjang kehidupannya, selain usaha, saya juga lebih menekuni dunia tulis-menulis. Meski belum diakui hasil tulisannya, tapi minimal oleh diri sendiri :p
Dengan berpegang teguh pada salah satu surat dalam Alqur’an,
“Bekerjalah kamu, niscaya Allah, Rasul dan orang-orang beriman akan melihat pekerjaanmu itu”

Sabtu, 15 Februari 2014

Innamal amalu binniat

Dalam sebuah terjemah Hadits Arbain An-Nawawi, terlihat bahwa dari 42 hadits yang diterangkan di dalamnya, bab niat menempati posisi pertama dalam pembahasannya.
mengapa?

Amirul Mukminin Abi Hafs Umarbin Khattab ra. berkata, Aku mendengar Rasulullah saw bersabda,
"Sesungguhnya amal perbuatan itu disertai niat, dan setiap orang mendapatkan balasan amal sesuai dengan niatnya. Barangsiapa yang berhijrah hanya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu menuju Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa hijrahnya karena dunia yang ia harapkan atau wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya itu menuju yang ia inginkan".

Di sana Rasulullah saw menegaskan betapa pentingnya arti dari sebuah niat. Niat yang terkadang menjadi hal  sepele bagi sebagian orang, ternyata begitu besar dampaknya. Dan alagkah meruginya orang-orang yang mengerjakan secuil apapun kebaikan, namun  tidak dibarengi dengan niat Lillah (Karena Allah) maka usahanya tersebut akan bernilai sia-sia, naudzubillah.
Maka mulai detik ini, jadikanlah niat menjadi sebuah garis strat dalam setiap langkah lini kehidupan ini hanya untuk-Nya. dan setiap desah nafas yang berhembus, setiap darah yang mengalir, semoga semua hanya tertuju pada Sang Pemilik jiwa.

Jika sedikit flashback ke belakang,
sering sekali saya terkadang [lupa] berniat dalam melakukan aktivitas yang saya kerjakan, atau  saya meniatkannya bukan semata-mata karena Allah SWT. (Astaghfirullah) mohon ampun ya Rabb, hamba yang dhoif akan ilmu ini.
Kegiatan sehari-hari yang dilakukan berjalan begitu saja layaknya air mengalir. Makan yang saya lakukan karena memang kebutuhan jasmani yang harus terpenuhi, mandi, tidur dll.
pun begitu dengan menuntut ilmu, memang karena kondisilah yang mengharuskan saya melakukan hal itu. entah karena takut dicemooh orang dengan strata pendidikan yang rendah, tuntutan orang tua, atau hanya sekedar mendapatkan ijazah untuk sebuah pekerjaan yang kesemuanya itu bernilai DUNIAWI.
mengapa tujuan akhirnya tak bermuara pada-Nya?
mengapa tak kau selipkan barang sedikit saja dalam hatimu untuk mecapai Ridho-Nya?
mengapa?
apakah kau dahulu belum tahu? atau sudah tahu namun masih tak sadar?
atau bahkan...
dalam hatimu masih ada sebutir kesombongan yang terselip sehingga menjadikanmu orang yang congkak?
Naudzubillah...

Ya Rabb, Jadikanlah setiap detik yang bergulir semakin mendekatkan kami pada Ridho-Mu,
Ridho-Mu dan Ridho-Mu...
Aamiin.


Jumat, 14 Februari 2014

Mengapa selalu mereka?

Mengapa selalu mereka yang lebih awal bergerak?


 Mengapa selalu mereka yang selalu menjadi garda terdepan?

Mengapa selalu mereka yang lebih cepat terenyuh hatinya?

Mereka yang selalu cepat tanggap, selalu cepat mengangkat kaki dan hatinya
Mengapa? mengapa dan mengapa?
mengapa bukan aku??? :'(

USTADZ? -__-"

Kemarin, 14 februari... tepatnya hari Jumat di tahun 2014 saya melihat sebuah tayangan televisi yang cukup mencengangkan, tapi rasanya bukan hanya saya yang merasakan hal demikian,tapi nampaknya banyak juga orang di luar sana yang merasakan hal yang sama, mengungkapkan perasaan kecewanya atas sebuah tindakan seorang ustadz yang baru-baru ini 'terangkat' namanya dalam sebuah audisi tertentu. Hal ini terbukti dari banyaknya sebuah tulisan, berita, gonjang-ganjing, maupun foto-foto yang beredar di dunia maya akhir-akhir ini. bahkan konon katanya sempat ada warga yang awalnya 'pengikut' baik ustadz tersebut menyobek-nyobek foto yang terpampang di rumahnya. katanya -kecewa-.

Mengapa hal yang tidak senonoh itu bisa terjadi? apakah jawaban 'manusia tidak ada yang sempurna sekalipun itu Ustadz' bisa dijadikan kalimat pembelaan dalam hal ini?
oh no, saya fikir tidak demikian konteksnya.
terlebih orang tersebut telah banyak dikenal dengan title seorang ustadz di kalangan masyarakat luas.
lantas dalam sebuah acara lain, di sana juga saya melihat orang yang bersangkutan tersebut (Ustadz permen) itu mengklarifikasi kejadian itu, kurang lebih kalimat yang saya tangkap bahwa Beliau mengaku  dirinya bukan seorang Ustadz, namun masih seorang santri (anak buah Ustadz), Beliau juga menyatakan bahwa dirinya bukan seorang Kiyai, namun masih anak buahnya kiyai.
laaah???
mengapa baru sekarang mas ngakunya?
lantas selama ini Anda berceramah panjang lebar dengan title Ustadz sepertinya Anda tidak mempermasalahkan hal ini? mengapa setelah kejadian ini Anda bisa mengungkapkan demikian?
Astaghfirullah...
saya juga memang bukan orang sempurna, bahkan setiap harinya dosa yang diperbuat tak bisa terhitung berapa banyak jumlahnya.
namun disini saya tidak sedang membicarakan tentang manusia sempurna atau yang tidak. bukan itu tema kali ini,
yang lebih saya tekankan adalah SIKAP seorang Ustadz yang seharusnya menjadi panutan banyak orang, menjadi teladan jamaah setianya.

Bahkan sempat terlontar statement dari ketua ikadi (ikatan dakwah indonesia) Ustadz Achmad Satori Ismail mengatakan "sikap yang seperti itu, bisa merusak reputasi ustadz dan orang yang berbuat seperti itu tidak layak disebut ustadz. status seorang Dai harus sesuai dengan kepribadiannya. Menurut Beliau juga, mereka dipercayai masyarakat sebagai Dai karena memiliki kelebihan di atas orang awam dalam ilmu agama, ibadah, akhlak dan perilaku lain dalam kehidupan sehari-hari.
“Mereka pun harus mampu menjaga emosional dalam berdakwah, ini seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam,” ungkapnya.
Ia mencontohkan apa yang telah dilakukan Rasulullah dalam berdakwah. “Nabi dicaci, dimaki bahkan disiksa tapi tidak emosional bahkan tidak berubah sedikitpun perilaku hasanah-nya,” papar Satori.
Jadi kalau ada orang sekarang yang mengaku ustadz dan berbuat tidak pantas, dan tidak sesuai seperti yang dicontohkan Nabi dalam berdakwah, menurut dia, tidak pantas untuk disebut ustadz."
begitu pemaparannya...

Jadi untuk saya khususnya, dan kita umumnya, jangan terburu-buru memberi title Ustadz pada seseorang yang bisa berdoa, melafadzkan Alqur'an dengan tartil, melantunkan hadits-hadits sohih yang meyakinkan, sekalipun itu memang benar adanya. karena itu saja tidak cukup.
karena yang saya tahu, keimanan seseorang itu berbanding lurus dengan akhlaknya.
dan satu lagi pesan yang sudah lama sekali ingin saya sampaikan,
"janganlah dakwah ini dijadikan untuk main-main, bahkan ada yang hanya sekedar untuk mendongkrak popularitas saja, karena yang saya fahami mereka yang bergelar Ustadz adalah panutan masyarakat luas".
wallahu'alam bis showab.
saya hamba yang penuh dosa hanya bisa menyalurkan aspirasi lewat tulisan ini. (mohon dimaafkan)




Ar-Rahmaan…



Dear…
Kamu tahu alasan mengapa Ar-rahmaan ditempatkan lebih awal dari Ar-rohiim dalam setiap kalimat pembuka “Bismillahirrohmaanirrohiim” (Maha Pengasih lagi Maha Penyayang) ???
Saya pernah mendengar dari sebuah kajian, kurang lebih ulasannya seperti ini, “Allah sengaja menempatkan kata Ar-rahman lebih awal karena Allah Maha Pengasih kepada seluruh makhluk yang ada di muka bumi ini tanpa terkecuali. Baik orang muslim maupun non muslim, baik orang beriman maupun tidak, jadi dalam hal ini Allah memberikan sesuatu sesuai dengan usaha yang dikerjakan oleh setiap makhluknya, semakin besar usahanya, maka akan semakin besar pula hasil yang diperolehnya, perlu diingat pernyataan ini hanya berlaku untuk kehidupan di dunia saja. Berbeda dengan kata Ar-Rohiim yang artinya Maha Penyayang. Dikatakan bahwa Allah HANYA menyayangi orang-orang yang beriman saja, baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Surat ke 55 dari 114 dalam Alqur’an ini terdiri dari 78 ayat yang di dalamnya terdapat satu kalimat yang unik, satu kalimat yang diulang hingga TIGA PULUH SATU KALI,
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”
Dear… kira-kira ada hikmah apakah dibalik ini semua? Mengapa hanya pada surat Ar-rahman saja terjadi pengulangan satu kalimat hingga berpuluh-puluh kali?
Apakah betul-betul penduduk muka bumi ini jarang atau bahkan sedikit sekali untuk bersyukur atas nikmat-Nya yang teramat besar itu?
Astaghfirullahaladzim…
Dan di penutup surat ini dijelaskan bahwa Surat Ar Rahmaan menyebutkan bermacam-macam nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepada hamba-hamban-Nya yaitu dengan menciptakan alam dengan segala yang ada padanya. Kemudian diterangkan pembalasan di akhirat, keadaan penghuni neraka dan keadaan penghuni syurga yang dijanjikan Allah kepada orang yang bertakwa.

Dear…
Masih mau kah kita engga bersyukur?
Jika dalam SATU surat Ar-rahmaan saja hingga diulang 31 kali perintah untuk bersyukur, maka rasanya congkak jika manusia yang lemah seperti kita ini enggan melafadzkan kalimat syukur barang sekali saja dalam sehari.
Bahkan suatu ketika saya pernah mendengar bahwa perintah mengucapkan kalimat syukur sangat dianjurkan dilakukan dipermulaan doa-doa yang kita panjatkan sebelum permintaan yang lain. Jika pohon-pohon yang dijadikan pena serta lautan dijadikan tintanya saja tak cukup untuk menuliskan kenikmatan yang Allah berikan, maka apalah artinya jika manusia enggan menggerakan lidahnya hanya untuk bersyukur sekali saja diwaktu pagi dan petang?

Allahuakbar…!!!