Selasa, 06 November 2012

Sepucuk surat untuk pangeran hidupku


Wahai laki-laki yang kini telah menjadi imamku, bolehkan aku mencurahkan semua isi hati yang telah lama terpendam ???
Maukah engkau aku kabarkan sesuatu tentang sebuah kebenaran, tentang rahasia hatiku??
sesungguhnya, tak sampai hati aku untuk mengungkapkannya, karena ku tahu pasti akan menggoreskan luka terdalam dalan hidupmu.
Namun, kini separuh jiwaku telah kau miliki, dan separuh jiwamu kini telah ada digenggaman tanganku. Sudah sepatutnya kau mengetahui semua ini….semua tentang diriku.
Wahai suamiku, kini aku telah menjadi tulang rusukmu, seperti Siti hawa yang menjadi tulang rusuk Adam AS. Bahagia sangat yang kurasakan, namun….
Sudah tau kah engkau tentang diriku???
Tentang semua kehilafan yang pernah ku lakukan dahulu???
Dengan segala kerelaanmu, aku mohon engkau maafkan diri yang lemah ini, diri yang tak pernah luput dari kesalahan.
Suamiku, sejujurnya hati ini pernah ternodai, pernah ada sang kumbang yang singgah di bunga yang mekar nan mewangi.
Pernah ada seseorang yang mengisi kekosongan hatiku dahulu, direlung hati terdalam…
Pernah ada seseorang yang menggoreskan pena-pena asmaranya dijiwaku…
Kala itu, kebahagian yang kami rasakan, seolah inilah jalan akhir yang akan kami tempuh, inilah cinta terakhir yang akan kami rajut, namun sang Pangeran, sang Penguasa hati berkata lain, kini dihadapanku telah ada engkau yang telah halal menjadi imamku didunia…yang tak pernah kusangka-sangka…namun inilah adanya.
Wahai suamiku, maafkan bidadarimu yang pernah lalai menjaga segumpal darah yang Tuhan titipkan, yang seharusnya engkaulah yang berhak untuk menggenggam seutuhnya…
surat cinta
Wahai suamiku…

Kini aku bersimpuh pada Tuhanku juga Tuhanmu untuk membukakan pintu maaf untuk ku, juga hatimu yang sudah dapat dipastikan terdapat luka yang teramat dalam karena ulahku…

Maafkan aku karena telah memberikan rindu, sebelum memberikannya kepadamu yang seharusnya itu hakmu…
Maafkan aku, karena kini kesuciaan hati itu tak lagi utuh, pernah ku persembahkan kepada insan selainmu, pernah ternodai oleh insan yang belum halal untuk ku…
Wahai imamku, sudikah kiranya kini aku berdiri dihadapanmu membawa kepingan luka yang berserakan???

Mampuhkah engkau menerimaku dengan lapang dada, karena kini yang kubawa hanya sisa-sisa cinta yang dahulu pernah ku bagi pada orang lain selain dirimu??

Maukah engkau menerima istrimu yang pernah membagi hatinya untuk orang lain, namun sesungguhnya aku kini telah menjadi milikmu yang syah?
Yah aku, disini aku yang hanya bisa menyesali, semua yang pernah terjadi…
Dengan setitik harapan, engkau masih mempersilahkan diriku menyatukan kembali buih-buih cinta untukmu suamiku..
Membangun indahnya keluarga samara, seperti keluarga Rasul dan Khadijah, seperti keluarga Ali dan Fatimah,
Janjiku wahai suamiku, tak akan pernah lagi ku bagi cintaku meski hanya setitik debu, tak akan pernah lagi meski hanya seujung rambut yang terbagi tujuh. akan ku persembahkan untuk pangeranku didunia, dan semoga pangeran di akhirat kelak…
engkaulah pemimpin dalam hidupku, yang kini hidupku ku persembahkan kepadamu setelah ku persembahkan kepada Tuhanku.
engkaulah pujaan hatiku, penerang dikala hati ini mulai redup, menjadi tongkat dikala aku tak mampu lagi berjalan….
Akan ku hadiahkan sisa-sisa waktu ku selain untuk beribadah kepada-Nya, juga untuk berbakti kepadamu, pemimpin hidupku di dunia.
Izinkan aku melangkahkan kaki bersamamu untuk menggapai Ridho-Nya, hingga kita bertemu di Syurga-Nya kelak. Amiiin.

Tidak ada komentar: