By: Nandang Burhanudin
*****
Liqaat menghadirkan rasa yang tak biasa
Seminggu berlalu, jiwa dibalut resah lara
Lelah berubah syahdu dan semangat menggelora
Letih berbuah hamasah yang menyemburatkan asa
Di taman itu kami duduk mengkaji mimpi
Mimpi besar yang menggeliat mencipta aksi
Mengusir khayal kelabu yang mengilusi
Membersihkan awan yang mengkabut mentari
Di taman itu kulihat tak sedikit pohon yang meranggas
Tak kuasa menghadapi perubahan musim yang teramat ganas
Daun-daun harapan gugur sebelum musim panas
Sebagian membakar diri dan mematikan tunas-tunas
Ohhh ... ia adalah ranting tarbiyah yang mulai mengering
Letih meranggas di antara hijau daun yang semakin penting
Tergopoh digoyang debu gulana yang membuatnya terpelanting
Merasa dulu nomor satu namun sekian lama menjadi nomor bunting
Demi Allah ... taman tarbiyah tak pernah membuat resah
Gemerisik dedaunan hal biasa dan menambah panorama indah
Dibalut mesra tunas muda yang tumbuh dalam buai mesra ukhuwah
Namun retakan rapuh ranting kering itu yang terjatuh pasrah
Wahai kawan mari kembali kita datangi taman agar tak lagi belukar
Yakinlah di setiap ranting patah akan tunas-tunas mekar
Tumbuh kekar menerjang angin prahara dan halilintar yang menggelegar
Menyerap energi matahari menyalurkan energi hingga menghujamkan akar
Kamis, 16 Januari 2014
Minggu, 12 Januari 2014
Subuh itu momen-nya sesuatu…
Suka sekali setiap kali subuh itu datang, entah kenapa, aku
selalu suka dengan suasananya,,,
Pagi ini, senin berkah, meski terjaga lebih siang dari
biasanya, tapi Alhamdulillah, Allah tak mencabut nikmatnya Tahajjud darinya,
Yang berbeda kali ini adalah saat aku bisa meng-imami
seorang wanita separuh baya yang Ridho Allah ada padanya. Yap betul, dia adalah
bidadariku (ibu…)
Sesekali lantunan ayat suci itu memecah kesunyian pagi,
Dengan diselingi suara tangisan bayi merah yang baru genap
berusia dua minggu,
Mendesir angin meniup lembut mengusap setiap ubun-ubun,
Pagi itu… memang terasa lebih dingin dari biasanya, efek hujan yang setia sedari kemarin sore mungkin penyebabnya.
Suasana pagi itu…
Ah, tak bisa terdefinisikan dengan kata-kata.
Ia adalah waktu dimana saat orang-orang memulai kehidupan
barunya,
Saat dimana kedekatan dengan Tuhan tanpa batas,
Saat dimana sebagian orang menikmati lembutnya kapuk dibalut
hangatnya selimut tebalnya,
Namun juga ada segelintir orang yang lebih memilih nikmat
berduaan dengan Tuhannya,
Berlinang air mata teringat akan dosa-dosa yang kian
menumpuk, sementara sisa umurnya tentu semakin berkurang…
Bersujud, bertafakur, memohon ampunan Rabb nya.
Duhai Tuhan,
Terima kasih atas nikmat ini,
Nikmat yang ternyata tak semua orang bisa merasakannya.
Nikmat yang tidak didapatkan di waktu-waktu yang lain.
Nikmat yang,,, ah sudahlah, rasanya lidah ini tak bisa
mewakili keindahan itu.
Sabtu, 04 Januari 2014
Dan mereka bersaudara karena Allah…
Terperangah kota Qadisiyah menyaksikan pasukan
Muhajirin dan Anshar menyebrangi sungai yang membatasi mereka dengan kamp
pasukan persia. Bangsa arab yang ‘tak mengenal air ’ ini menjadi begitu berani,
saling bergandengan tangan, berangkulan membelah Eufrat yang deras…
Rombongan itu tiba-tiba berhenti ditengah arus yang
ganas dan semuanya membungkuk meraba-raba kedalam riak. “Qa’bku ! Qa’bku !,
kantong airku ! kantong airku jatuh !” seru salah satu anggota pasukan kaum
muslimin yang kantong airnya jatuh. Hal ini membuat puluhan ribu tangan
seketika mengaduk-aduk Eufrat untuk mencarinya.
Panglima Persia dan pasukannya yang sedang dag dig
dug menanti di seberang dengan pedang terhunus tercekat tenggorokannya. HANYA
karen sebuah kantong air semua paskan mengaduk-aduk sungai raksasa??? “ Lalu
bagaimana kalau salah satu dari mereka terbunuh oleh kita?” serunya.
cerita di atas adalah penggalan dari buku ‘Saksikan
bahwa Aku seorang muslim” merupakan bagian dari ratusan, atau bahkan ribuan
cerita yang menggambarkan begitu indahnya ukhuwah islamiyyah (pada zaman
Rasulullah)
jika membaca sederetan kehidupan masa lalu para
sahabat Rasul yang maha mulia, terlebih mendengar cerita perlakuan kaum Anshar
pada kaum Muhajirin, pantaslah jika
dikatakan,“Tidak ada golongan manusia yang lebih mudah memberikan pertolongan
sepenuh kemampuan seperti orang-orang Anshar yang bersedia MEMBAGI DUA semua
miliknya, entah itu kebun, toko, budak, rumah, bahkan istrinya sekalipun akan
di ceraikan jikalau ada ada dari kaum Muhajirin yang menyukainya. Subhanallah…
begitu indah mendengarnya,terlebih jika kita bisa merasakan kehidupan pada
zaman itu.
Dari
Abu Hurairah Rasulullah bersabda “Janganlah saling
mendengki saling menipu saling membenci saling memutuskan hubungan dan
janganlah sebagian kamu menyerobot transaksi sebagian yg lain jadilah kalian
hamba-hamba Allah yg bersaudara. Seorang muslim itu saudara muslim yg lain
tidak boleh menzhaliminya membiarkannya mendustainya dan tidak boleh
menghinakannya. Taqwa itu berada di sini beliau menunjuk dadanya tiga kali. Cukuplah seorang dianggap
kejahatan krn melecehkan saudara muslimnya. Setiap muslim atas muslim lain
haram darahnya hartanya dan kehormatannya“.
Beberapa tulisan di atas cukup banyak menginspirasi
untuk saya pribadi, rasa-rasanya masih sangat-sangat jauh
jika harus di bandingkan dengan kaum Anshar, atau seperti Ali bin Abi
thalib yang rela menggantikan posisi Rasulullah di atas ranjang yang pada saat
itu dalam kepungan musuh yang ingin membunuh Beliau, semua itu dapat dilakukan
tanpa beban karena ke CINTAan mereka pada saudaranya.Mendambakan cerita-cerita bersejarah itu terulang di
Zaman sekarang rasanya bukan mimpi disiang bolong, yap, karena Allah telah
menjanjikan dalam surat cinta-Nya:
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara,
maka damaikanlah diantara kedua saudaramu, dan bertaqwalah kepada Allah agar
kamu mendapat rahmat. (Al-Hujurat 10)”
Sehingga kutipan cantik dari Ibnul Qayyim
Al-Jauziyah”Sesungguhnya siapa saja yang senang kepadamu karena adanya
keinginan, maka ia akan berpaling darimu jika telah tercapai keinginannya”.
Dapat dijadikan kunci untuk mencapai kesucian
ukhuwah yang dirindukan oleh setiap insan yang IKHLAS.
* Daripada Abu Hurairah r.a., Rasulullah
saw bersabda: “Tidak terjadi hari kiamat itu sehingga Sungai Eufrat
menjadi surut airnya sehingga ternampak sebuah gunung daripada emas. Ramai
orang yang berperang untuk merebutkannya. Maka terbunuh sembilan puluh sembilan
daripada seratus orang yang berperang. Dan masing-masing yang terlibat berkata
“mudah-mudahan akulah orang yang terselamat itu”.”
[Catatan lama]
By :Sofia
Hanum Friday
3rd feb, 2012
Rabu, 01 Januari 2014
Ketika Sabar Harus Tak Terbatas
Di usia yang telah melewati angka 20
atau bahkan lebih dari itu, tak sedikit yang mengalami goncangan-goncangan hati
bagi para jomblo (baca: single). Usia yang terbilang rawan menurut saya, dimana
pada masa itu gejala ingin di cintai dan di sayangi sangatlah besar. Belum lagi
melihat keadaan sekitar yang sangat membuat hati miris karena masih sendiri.
Ya, fenomena pacaran.
Bersyukur bagi mereka yang telah
Allah pertemukan dengan pendamping hidupnya tanpa harus berjuang untuk melawan
perasaan hati yang tak menentu menahan gejolak nafsu. Namun lain hal untuk
mereka yang memang belum di takdirkan untuk segera menikah.
Tapi yakinlah, bahwasanya Allah akan
memberikan sesuatu yang kita butuhkan namun bukan yang kita inginkan. Jika
keyakinan telah terpatri, Insya ALLAH hati akan merasa nyaman dengan segala
keputusanNYA. Sebagai orang yang telah meyakini janji Tuhannya, hendaknya
setelah itu jangan merusak keyakinan tersebut dengan perilaku yang dapat
merubah keputusan ALLAH. Ketika telah yakin, hendaknya tak usah berlebihan
dalam mencari pasangan misalnya dengan mengikuti pergaulan zaman sekarang,
misalnya pacaran. Jika itu terjadi, apa gunanya keyakinan yang telah terbentuk
di awal namun ternodai dengan nafsu dan kesabaran yang terbatas.
Sederet janji ALLAH untuk mereka
yang bersabar, balasannya adalah surga. Apalagi untuk menahan hawa nafsu,
sebanding dengan pahala jihad. Karena jihad terbesar adalah menahan hawa nafsu.
Ketika kesabaran menjadi terbatas dan hati telah yakin pada ketetapanNYA, maka
menikah bisa menjadi solusinya. Meskipun secara kasat mata, kemampuan belum
memadai namun janji ALLAH untuk memberikan kemudahan bagi seorang muslim yang
melakukan kebaikan hendaknya tak perlu di ragukan. Namun jika telah maksimal
berusaha dan belum menampakkan hasil, baiknya sabar harus tetap tak terbatas.
ALLAH akan selalu mendengar doa hambaNYA. Bila bukan sekarang, mungkin belum
saatnya, karena ALLAH Maha Tahu apa yang terbaik untuk hambaNYA. Jika hati
terkadang rapuh atau merasa putus asa. Ingatlah bahwa ALLAH tak pernah ingkar
janji, mungkin ada yang salah dengan diri kita dan selayaknya kita selalu
berprasangka baik kepada ALLAH. Jangan pernah berhenti berusaha dan berdoa.
Karena ALLAH akan selalu menggenggam doa dan mimpi para hambaNYA selama
hambaNYA yakin dan mau berusaha mewujudkannya.
Ketika ALLAH belum mengabulkan doa
hambaNYA untuk bersanding dengan pasangan hidupnya. Hendaknya sikap istiqamah
terus dimaksimalkan. Tetap menahan hawa nafsu. Karena bisa jadi saat penantian
itulah kita benar-benar di uji seberapa pantasnya kita mendapatkan seseorang
yang cocok untuk kita. Bukankah ALLAH telah berjanji, bahwa pria yang baik
adalah untuk wanita yang baik dan sebaliknya. Tidak mudah memang menahan cobaan
di usia yang rentan akan gejolak hati, namun jika kita bisa melewatinya
dengan baik maka ALLAH akan memberikan balasan yang jauh lebih baik pula.
Karena pada dasarnya ALLAH teramat
sayang dengan kita, tak membiarkan kita jatuh ke dalam jurang dosa. Walaupun
kadangkala kita sendiri yang menceburkan diri dengan sengaja ke jurang
tersebut. ALLAH akan menolong kita, jika kita ingin ditolong dan ALLAH akan menjaga
kita, jika kita ingin dijaga. Jangan bermain dengan api jika tak ingin
terbakar. Cukup ALLAH sebagai penghibur hati di saat hati kita sedang sedih.
Allahua’lam.
SUMBER : Dakwatuna
Langganan:
Postingan (Atom)