Kamis, 16 Januari 2014

Katakan: Tidak Menjadi Ranting Kering Tarbiyah

By: Nandang Burhanudin
*****

Liqaat menghadirkan rasa yang tak biasa
Seminggu berlalu, jiwa dibalut resah lara
Lelah berubah syahdu dan semangat menggelora
Letih berbuah hamasah yang menyemburatkan asa

Di taman itu kami duduk mengkaji mimpi
Mimpi besar yang menggeliat mencipta aksi
Mengusir khayal kelabu yang mengilusi
Membersihkan awan yang mengkabut mentari

Di taman itu kulihat tak sedikit pohon yang meranggas
Tak kuasa menghadapi perubahan musim yang teramat ganas
Daun-daun harapan gugur sebelum musim panas
Sebagian membakar diri dan mematikan tunas-tunas

Ohhh ... ia adalah ranting tarbiyah yang mulai mengering
Letih meranggas di antara hijau daun yang semakin penting
Tergopoh digoyang debu gulana yang membuatnya terpelanting
Merasa dulu nomor satu namun sekian lama menjadi nomor bunting

Demi Allah ... taman tarbiyah tak pernah membuat resah
Gemerisik dedaunan hal biasa dan menambah panorama indah
Dibalut mesra tunas muda yang tumbuh dalam buai mesra ukhuwah
Namun retakan rapuh ranting kering itu yang terjatuh pasrah

Wahai kawan mari kembali kita datangi taman agar tak lagi belukar
Yakinlah di setiap ranting patah akan tunas-tunas mekar
Tumbuh kekar menerjang angin prahara dan halilintar yang menggelegar
Menyerap energi matahari menyalurkan energi hingga menghujamkan akar

Minggu, 12 Januari 2014

Subuh itu momen-nya sesuatu…



Suka sekali setiap kali subuh itu datang, entah kenapa, aku selalu suka dengan suasananya,,,
Pagi ini, senin berkah, meski terjaga lebih siang dari biasanya, tapi Alhamdulillah, Allah tak mencabut nikmatnya Tahajjud darinya,
Yang berbeda kali ini adalah saat aku bisa meng-imami seorang wanita separuh baya yang Ridho Allah ada padanya. Yap betul, dia adalah bidadariku (ibu…)
Sesekali lantunan ayat suci itu memecah kesunyian pagi,
Dengan diselingi suara tangisan bayi merah yang baru genap berusia dua minggu,
Mendesir angin meniup lembut mengusap setiap ubun-ubun,
Pagi itu… memang terasa lebih dingin dari biasanya, efek hujan yang setia sedari kemarin sore mungkin penyebabnya.

Suasana pagi itu…
Ah, tak bisa terdefinisikan dengan kata-kata.
Ia adalah waktu dimana saat orang-orang memulai kehidupan barunya,
Saat dimana kedekatan dengan Tuhan tanpa batas,
Saat dimana sebagian orang menikmati lembutnya kapuk dibalut hangatnya selimut tebalnya,
Namun juga ada segelintir orang yang lebih memilih nikmat berduaan dengan Tuhannya,
Berlinang air mata teringat akan dosa-dosa yang kian menumpuk, sementara sisa umurnya tentu semakin berkurang…
Bersujud, bertafakur, memohon ampunan Rabb nya.
Duhai Tuhan,
Terima kasih atas nikmat ini,
Nikmat yang ternyata tak semua orang bisa merasakannya.
Nikmat yang tidak didapatkan di waktu-waktu yang lain.
Nikmat yang,,, ah sudahlah, rasanya lidah ini tak bisa mewakili keindahan itu.

Sabtu, 04 Januari 2014

Dan mereka bersaudara karena Allah…



Terperangah kota Qadisiyah menyaksikan pasukan Muhajirin dan Anshar menyebrangi sungai yang membatasi mereka dengan kamp pasukan persia. Bangsa arab yang ‘tak mengenal air ’ ini menjadi begitu berani, saling bergandengan tangan, berangkulan membelah Eufrat yang deras…
Rombongan itu tiba-tiba berhenti ditengah arus yang ganas dan semuanya membungkuk meraba-raba kedalam riak. “Qa’bku ! Qa’bku !, kantong airku ! kantong airku jatuh !” seru salah satu anggota pasukan kaum muslimin yang kantong airnya jatuh. Hal ini membuat puluhan ribu tangan seketika mengaduk-aduk Eufrat untuk mencarinya.
Panglima Persia dan pasukannya yang sedang dag dig dug menanti di seberang dengan pedang terhunus tercekat tenggorokannya. HANYA karen sebuah kantong air semua paskan mengaduk-aduk sungai raksasa??? “ Lalu bagaimana kalau salah satu dari mereka terbunuh oleh kita?” serunya.
cerita di atas adalah penggalan dari buku ‘Saksikan bahwa Aku seorang muslim” merupakan bagian dari ratusan, atau bahkan ribuan cerita yang menggambarkan begitu indahnya ukhuwah islamiyyah (pada zaman Rasulullah)
jika membaca sederetan kehidupan masa lalu para sahabat Rasul yang maha mulia, terlebih mendengar cerita perlakuan kaum Anshar pada kaum Muhajirin,  pantaslah jika dikatakan,“Tidak ada golongan manusia yang lebih mudah memberikan pertolongan sepenuh kemampuan seperti orang-orang Anshar yang bersedia MEMBAGI DUA semua miliknya, entah itu kebun, toko, budak, rumah, bahkan istrinya sekalipun akan di ceraikan jikalau ada ada dari kaum Muhajirin yang menyukainya. Subhanallah… begitu indah mendengarnya,terlebih jika kita bisa merasakan kehidupan pada zaman itu.
Dari Abu Hurairah Rasulullah bersabdaJanganlah saling mendengki saling menipu saling membenci saling memutuskan hubungan dan janganlah sebagian kamu menyerobot transaksi sebagian yg lain jadilah kalian hamba-hamba Allah yg bersaudara. Seorang muslim itu saudara muslim yg lain tidak boleh menzhaliminya membiarkannya mendustainya dan tidak boleh menghinakannya. Taqwa itu berada di sini beliau menunjuk dadanya tiga kali. Cukuplah seorang dianggap kejahatan krn melecehkan saudara muslimnya. Setiap muslim atas muslim lain haram darahnya hartanya dan kehormatannya“.

 Beberapa tulisan di atas cukup banyak menginspirasi untuk saya pribadi, rasa-rasanya masih sangat-sangat  jauh  jika harus di bandingkan dengan kaum Anshar, atau seperti Ali bin Abi thalib yang rela menggantikan posisi Rasulullah di atas ranjang yang pada saat itu dalam kepungan musuh yang ingin membunuh Beliau, semua itu dapat dilakukan tanpa beban karena ke CINTAan mereka pada saudaranya.Mendambakan  cerita-cerita bersejarah itu terulang di Zaman sekarang rasanya bukan mimpi disiang bolong, yap, karena Allah telah menjanjikan dalam surat cinta-Nya:
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, maka damaikanlah diantara kedua saudaramu, dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat. (Al-Hujurat 10)”
Sehingga kutipan cantik dari Ibnul Qayyim Al-Jauziyah”Sesungguhnya siapa saja yang senang kepadamu karena adanya keinginan, maka ia akan berpaling darimu jika telah tercapai keinginannya”.
Dapat dijadikan kunci untuk mencapai kesucian ukhuwah yang dirindukan oleh setiap insan yang IKHLAS.

* Daripada Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw bersabda: “Tidak terjadi hari kiamat itu sehingga Sungai Eufrat menjadi surut airnya sehingga ternampak sebuah gunung daripada emas. Ramai orang yang berperang untuk merebutkannya. Maka terbunuh sembilan puluh sembilan daripada seratus orang yang berperang. Dan masing-masing yang terlibat berkata “mudah-mudahan akulah orang yang terselamat itu”.”
             
[Catatan lama]                                         
By :Sofia Hanum                                                                   Friday 3rd feb, 2012

Rabu, 01 Januari 2014

Ketika Sabar Harus Tak Terbatas

Di usia yang telah melewati angka 20 atau bahkan lebih dari itu, tak sedikit yang mengalami goncangan-goncangan hati bagi para jomblo (baca: single). Usia yang terbilang rawan menurut saya, dimana pada masa itu gejala ingin di cintai dan di sayangi sangatlah besar. Belum lagi melihat keadaan sekitar yang sangat membuat hati miris karena masih sendiri. Ya, fenomena pacaran.
Bersyukur bagi mereka yang telah Allah pertemukan dengan pendamping hidupnya tanpa harus berjuang untuk melawan perasaan hati yang tak menentu menahan gejolak nafsu. Namun lain hal untuk mereka yang memang belum di takdirkan untuk segera menikah.
Tapi yakinlah, bahwasanya Allah akan memberikan sesuatu yang kita butuhkan namun bukan yang kita inginkan. Jika keyakinan telah terpatri, Insya ALLAH hati akan merasa nyaman dengan segala keputusanNYA. Sebagai orang yang telah meyakini janji Tuhannya, hendaknya setelah itu jangan merusak keyakinan tersebut dengan perilaku yang dapat merubah keputusan ALLAH. Ketika telah yakin, hendaknya tak usah berlebihan dalam mencari pasangan misalnya dengan mengikuti pergaulan zaman sekarang, misalnya pacaran. Jika itu terjadi, apa gunanya keyakinan yang telah terbentuk di awal namun ternodai dengan nafsu dan kesabaran yang terbatas.
Sederet janji ALLAH untuk mereka yang bersabar, balasannya adalah surga. Apalagi untuk menahan hawa nafsu, sebanding dengan pahala jihad. Karena jihad terbesar adalah menahan hawa nafsu. Ketika kesabaran menjadi terbatas dan hati telah yakin pada ketetapanNYA, maka menikah bisa menjadi solusinya. Meskipun secara kasat mata, kemampuan belum memadai namun janji ALLAH untuk memberikan kemudahan bagi seorang muslim yang melakukan kebaikan hendaknya tak perlu di ragukan. Namun jika telah maksimal berusaha dan belum menampakkan hasil, baiknya sabar harus tetap tak terbatas. ALLAH akan selalu mendengar doa hambaNYA. Bila bukan sekarang, mungkin belum saatnya, karena ALLAH Maha Tahu apa yang terbaik untuk hambaNYA. Jika hati terkadang rapuh atau merasa putus asa. Ingatlah bahwa ALLAH tak pernah ingkar janji, mungkin ada yang salah dengan diri kita dan selayaknya kita selalu  berprasangka baik kepada ALLAH. Jangan pernah berhenti berusaha dan berdoa. Karena ALLAH akan selalu menggenggam doa dan mimpi para hambaNYA selama hambaNYA yakin dan mau berusaha mewujudkannya.
Ketika ALLAH belum mengabulkan doa hambaNYA untuk bersanding dengan pasangan hidupnya. Hendaknya sikap istiqamah terus dimaksimalkan. Tetap menahan hawa nafsu. Karena bisa jadi saat penantian itulah kita benar-benar di uji seberapa pantasnya kita mendapatkan seseorang yang cocok untuk kita. Bukankah ALLAH telah berjanji, bahwa pria yang baik adalah untuk wanita yang baik dan sebaliknya. Tidak mudah memang menahan cobaan di usia yang rentan  akan gejolak hati, namun jika kita bisa melewatinya dengan baik maka ALLAH akan memberikan balasan yang jauh lebih baik pula.
Karena pada dasarnya ALLAH teramat sayang dengan kita, tak membiarkan kita jatuh ke dalam jurang dosa. Walaupun kadangkala kita sendiri yang menceburkan diri dengan sengaja ke jurang tersebut. ALLAH akan menolong kita, jika kita ingin ditolong dan ALLAH akan menjaga kita, jika kita ingin dijaga. Jangan bermain dengan api jika tak ingin terbakar. Cukup ALLAH sebagai penghibur hati di saat hati kita sedang sedih.
Allahua’lam.

SUMBER : Dakwatuna