Selasa, 31 Desember 2013

Definisi pemenang menurut-ku

Sejatinya seorang pemenang adalah mereka yang mampu memenangkan diri atas nafsunya.
Kamu sering mendengar? Dalam sebuah pertandingan fisik, entah itu sepak bola, badminton, perlombaan tennis, atau yang lainnya. Tentu di sana kamu akan menemukan seseorang yang dikatakan juara. Dialah orang yang mendapatkan sanjungan serta pujian sebagai balasan atas usahanya. Eitzz jangan lupa, disana juga kamu pasti menemukan seseorang yang terlihat lesu di wajahnya, letih atas usahanya yang bisa dibilang sia-sia atau belum membuahkan hasil, ya dia adalah orang yang mendapatkan predikat belum beruntung atau kalah. Tentu dunia ini seimbang karena memang ada keseimbangan di dalamnya. Dia yang Maha Sempurna telah merangkai semuanya dengan indah dan tertib. Bayangkan jika Bumi sedetik saja tidak berputar? Maka apa yang akan terjadi??!
Baiklah, mari kita kembali pada bahasan awal. Memang banyak sekali para pemenang yang telah mencicipi buah hasil atas usahanya. Adil memang. Namun yang menjadi pertanyaan besar adalah
“sudahkan kita menjadi pemenang atas diri kita sendiri? Atas nafsu yang tak lekang merekang keinginan jiwa? Sudahkan kita mampu melunakan keinginan itu hingga ia hanya sebatas menjadi hamba atas tuhannya (dirinya)?”
Jika jawabannya “ya”, maka pertanyaannya akan berlanjut “ seberapa seringkah kau bisa dikatakan pemenang?”, jika ada jawaban lain menghampiri “belum bisa” , lantas pertanyaan lainpun terus mencecar “mengapa anda belum bisa mengendalikannya?” bukankah engkau adalah raja atas dirimu sendiri? Bukankah seorang raja itu bisa berkuasa sesuka hati dan semaunya, kapanpun dan dimanapun?
Apakah memang kini sudah berubah status? Disadari atau tidak kau telah menjadi budak atas nafsumu.
Astaghfirullah haladzim…
Mari kita sejenak merenung,
“mengapa ada orang ‘sukses’, dan mengapa juga ada orang yang gagal?” konteks sukses disini adalah mereka yang telah menjadi raja atas dirinya, sehingga kebahagiaan dunia digenggamnya, dan tentu  kebahagian akhirat ada di hatinya. Ya, sering sekali saya menemukan sebuah komunitas mungil bernama keluarga, yang didalamnya diisi oleh orang-orang super, terutama kedua orang yang berstatus kepala serta ibu rumah tangganya. Saya rasa keberhasilan keluarga memang atas kerja sama setiap unsur yang ada di dalamnya, namun ada yang utama, ya peran keduanya, karena merekalah yang pertama kali membuat visi dan misi rumah tangganya, sehingga anak-anak mengikuti arusnya.
Terkadang saya ‘iri’ saat melihat atau mendengar tentang kehidupan Ustadz X yang nampaknya keluarga yang paling Sejahtera. Bagaimana tidak, Ia mempunyai istri yang solehah,pandai, mampu bersosialisasi dengan masyarakat, mempunyai banyak anak soleh-solehah serta berprestasi disegala bidang. Pekerjaan mapan meski tak besar-besar amat, kolega baik dimana-mana, karena konon katanya Ustadz X ini terkenal dengan kepiawaiannya berinteraksi, tak pandang bulu. Siapapun dia orangnya, tak kenal kaya ataupun miskin. Lantas kurangnya apa?
“ah mungkin nampak luarnya saja mereka bahagia” sesekali fikiran itu memenuhi ruang fikir saya.
Namun lagi-lagi tak bisa menafikan, memang mereka itu nampaknya tak hanya secara dzahir saja terlihat bahagia, namun secara batinpun mereka telah menunjukan pancaran kebahagiaannya.
Subhanallah…
Hanya tuntutan keluarga Rasullulah-lah yang pantas menjadi teladan.

Intinya adalah ketika kita bisa menyelesaikan hal-hal kecil dengan baik, tak menutup kemungkinan kita akan bisa menyelesaikan hal besar dengan sangat baik.
Lawanlah setiap kali bisikan atas kemalasan, ketidakpedulian, keacuhan-tak acuhan baik pada dirimu, orang lain, atau pada lingkungan mu.
Karena apa-apa yang kita lakukan adalah manifestasi dari kebiasaan-kebiasaan kecil yang sering kau nafik-kan.
Mulailah dari sekarang untuk tidak melakukan dosa, meski sekecil apapun.
Tapi paksalah dirimu untuk melakukan hal kebaikan, meski itu susah.

Yakinkah pada dirimu,
Kau adalah seorang PEMENANG.
Baik di dunia nyata, atau di akhirat kelak insyaAlloh. Aamiin
Allahu ghayatuna.


Rumahku-Syurgaku
Di penghujung tahun masehi
Tuesday 31 Des 2013

Kamis, 19 Desember 2013

Kita Perlu Menangis Bukan karena Lemah, tapi karena Punya Hati (Part 2)

"Mata yang menangis karena hati yang takut kepada Allah akan membawa kepada keselamatan "

5) Menangis karen hati punya rasa takut
menangis itu perlu, bukan karena kita lemah, tapi karena kita punya hati. ya, karena kita punya hati yang takut kepada Allah.
Rasulullah saw besabda " Tidaklah mata seseorang meneteskan air mata kecuali Allah akan mengharamkan tubuhnya dari sentuhan api neraka. dan apabila air matanya mengalir di pipi, maka wajahnya tidak akan terkotori oleh debu kehinaan. Jika seseorang pada suatu kaum menangis, maka kaum itu akan dirahmati. Tidaklah ada sesuatu pun yang akan mempunyai kadar dan batasan kecuali air mata dapat memadamkan lautan api neraka".

6) Menangis itu, bagian dari Rahmat dan Kasih sayang Allah swt
Para psikolog mengatakan, bahwa sifat yang paling baik dalam diri manusia adalah kasih sayang dan kelembutan hati, terlebih kepada orang lain. maka tidak ada kemanusiaan tanpa kelembutan dan kasih sayang kepada orang teraniaya. dan ekspresi yang nyata dari sebuah rasa empati adalah tangis.

7) Menangis itu Menghaluskan hati
Manusia memang lemah, dan Allah swt telah menegaskan tentang hakikat sifat lemah manusia dalam firman-Nya, "Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah" (QS. An Nisa :28)
Tanda tangis tidak disebutkan sebagai tanda kelemahan. Dan karena itu, kita tentu tidak pantas rasanya memperbesar kelemahan kita dengan menjadikan tangisan sebagai tanda kelemahan dan ketidakberdayaan. sebab tangisan diciptakan Allah, selain untuk meringankan kita dari beban, juga untuk menghaluskan hati dan perasaan kita, dan membuktikan rasa bersalah kepada-Nya.

8) Menangis itu menyehatkan mata
Menurut Dr. Samir Jamal seorang dokter spesial mata mengatakan bahwa menangis tidak hanya berfungsi mencuci mata, tapi menangis akan membentuk bahan dasar cair yang mengalir seperti plasma darah.
Ada beberapa keajaiban air mata :
air mata dapat membunuh bakteri. tak perlu obat tetes mata, cukuplah air mata yang berfungsi sebagai antibiotik. Di dalam air mata terkandung cairan yang disebut dengan lisozom yang dapat membunuh 90%-95 % bakteri-bakteri yang tertinggal dari keyboard komputer, pegangan tangga, bersin dan tempat-tempat yang mengandung bakteri hanya dalam 5 menit.
Air mata juga membantu penglihatan. cairan bening yang keluar dari mata ternyata mampu membantu penglihatan kita, jadi bukan hanya mata itu sendiri. Cairan yang keluar dari mata dapat mencegah dehidrasi pada mata yang dapat membuat penglihatan menjadi kabur. karena itu pastikan kita sering menangis karena Allah swt, karena rasa takut kepada-Nya agar pandangan kita lebih jernih dan terang.

*Tarbawi

Kita Pasti Bertemu Alloh...

Husnul khatimah ATAU suu'ul Khatimah?
Manakah kira-kira yang akan menjadi predikat akhir kehidupan kita?

namun, kali ini aku lebih tertarik dengan pada akhir yang baik, yaitu Husnul khatimah.

Dengar sebuah hadits,
"Jika Allah menghendaki kebaikan kepada seorang hamba, maka Ia akan 'menggunakannya'. Ditanyakan "Bagaimana Allah menggunakannya?" Rasul saw menjawab : "dibantu untuk melakukan amal shalih sebelum kematiannya, lalu dicabut nyawanya ketika itu." (Shahih Al Jami :305)

Jadi, Husnul khatimah adalah kesalihan  yang terpelihara hingga kematian yang tak jelas kapan datangnya.

Allahku,
entah sejauh mana aku menjaga keshalihan?, sesungguhnya ke-istiqomah-an yang bisa hadir hanya dengan bantuan-Mu dan tentu usaha serius dari usaha-usahaku.
Dan ke-istiqamah-an ini pernah menjadi bagian serius dari keyakinan orang-orang shalih yang begitu berhati-hati dan menjaga agar tidak terjatuh pada kemaksiatan.

Ada beberapa cerita yang aku dibuat merinding mendengarnya:

Pernah suatu ketika Ibnu Daqiq Al 'Iid rahimahullah mengatakan "Aku tak mengucapkan satu kata pun,dan tak melakukan satu perbuatan pun kecuali aku persiapkan jawabannya kelak bila ditanya oleh Allah"
atau
Abu Sofyan rahimahullah saat menjelang kematiannya mengatakan "jangan tagisi aku, sejak aku memeluk islam aku belum pernah melakukan satu dosa sekaipun".

Allahku, sering sekali rasanya aku melakukan sesuatu yang sesungguhnya aku paham hal demikian tidak disukai, dibenci, serta mengundang murka-Mu.
entah dalam kondisi bagaimana nanti saat aku menghadap-Mu.

Rasulullah saw bersabda "Barangsiapa yang benci bertemu Allah, maka Allah pun akan benci bertemu dengannya. Aku mengatakan "wahai Nabi Allah, apakah termasuk sikap membeci kematian? setiap kami tidak menyukai kematian?" Rasul mengatakan "Bukan itu, tapi setiap mukmin bila diberi kabar gembira dengan kasih sayang Allah swt, keridhoan dan surga-Nya, maka ia akan cinta bertemu dengan Allah. Sedangkan orang kafir, bila diberitakan tentang azab dan kemurkaan Allah swt, maka ia akan benci bertemu Allah, lalu Allah pun membenci pertemuan dengannya"



Tarbawi



Selasa, 17 Desember 2013

[Genap]

Dua tahun berlalu...
awal sebuah ujian yang tenyata berakhir pada sebuah kenyataan bahwa aku bukan sebagai pemenang.
ya, kalah atas diriku sendiri..
kalah atas perasaan yang hanya semu semata [kata orang].

Dua tahun pula,
rasanya bukan waktu yang sebentar untuk sebuah 'penghianatan' hamba terhadap Tuhannya,
Allahku,,,
entah balasan apa yang pantas Engkau berikan kepada hamba,
dan entah tebusan  apa yang harus aku hadiahi untuk-Mu.

Hikmah,
ya, lagi lagi akan selalu ada hikmah dibalik semua yang terjadi di muka bumi ini,
karena semua sudah tertuliskan di kitab-Mu,
bahkan daun yang jatuh sekalipun.
Tuhan, tapi hati ini meyakini,
dan diri inipun menyadari, semua ini atas khilaf-ku.
lagi lagi berbicara tentang sebuah kelemahan.
bukan bermaksud menutupi kesalah dengan kelemahan
bukan!!!
hanya saja ini adalah sebuah pernyataan diri,
bahwa memang manusia takkan pernah luput dari sebuah kesalahan.

Allahku,
terima kasih
untuk kesempatan kali ini, entah kesempatan keberapa kali yang masih Engkau berikan.

18 Desember 2013

Kita Perlu Menangis Bukan Karena Lemah, tapi Karena Punya Hati (Part 1)



"Tangis yang dibenarkan ialah jika berasal dari suara hati karena dorongan iman, lalu diwujudkan dengan tindakan" (Abu Abdirrahman rahimahullah)

Malam tadi, saya memang sudah meniatkan untuk membaca Tarbawi edisi 294 Th.14
covernya terliht gambar orang yang  sedang berlinang air mata,  judul awalnya tertulis "Kita Perlu Menangis Bukan Karena Lemah, tapi Karena Punya Hati" menarik saya untuk menghampirinya.

baru saja tiga lembaran awal saya membukanya, mata sudah dimanjakan oleh sebuah cerpen yang dibawakan oleh Sultan Hadi, tak mau berlama-lama menunggu, akhirnya saya melalap habis isi semua ceritanya. menyentuh...
sungguh menyentuh.
disana menceritkan tentang sosok seorang laki-laki yang berwatak keras bak sebuah batu,
namun akhirnya berubah menjadi lembut selembut sutera.
inilah yang dimaksud HIDAYAH. yap, hidayah yang Allah berikan kepada mereka yang memang mencari hidayah itu sendiri.

'Tak puas' dengan cerpennya, saya pun melanjutkan ekspedisi lembar selanjutnya,
"Setiap kita tentu punya tanggung jawab. Dan untuk tanggung jawab itu, rasanya sesekali kita perlu menangis, bukan karena lemah dan merasa lemah, tapi karena kita punya hati yang harus selalu bisa merasapi bahwa beban dari tanggung jawab itu tidaklah mudah"

Ada beberapa poin yang penulis sampaikan alasan mengapa kita harus menangis?

1) Menangis,karena hati punya rasa duka.

Artinya ketika hati ditimpa duka, mata menyambutnya dengan tetesan air mata. setidaknya akan membuatnya terlihat berkaca-kaca. ya, karena duka memang terkadang mengalahkan kekeuatan fisik yang dikagumi orang, mengalahkan jabatan yang dikagumi orang, megalahkan pangkat yang disegani orang. karena duka memang bukan hanya milik orang lemah. duka milik semua orang. duka menimpa siapa saja yang punya hati.

2) Menangis, karena hati memiliki rasa empati
Diluar duka, empati adalah perasaan lain yang juga sering merasuki hati. dan rasa empati tidak jarang pula membuat air mata menetes. hati yang jernih memang sering tidak tega melihat kesusahan yang diderita orang lain. hati yang bersih terkadang memang mudah terbawa oleh susana kesulitan yang dirasakan orang lain.

3) Menangis, karena hati mengenali beratnya beban tanggung jawab
sebagian kita memandang tanggung jawab sebagai sebuah prestise, atau juga mungkin sebuah prestasi yang harus dibanggakan. Padahal kalau kita bertanya pada hati yang selalu jujur, ia mungkin akan mengatakan bahwa tanggung jawab itu adalah beban, tanggung jawab itu adalah bara api.

4) Menangis, karena hati punya kegelisahan
Sekali waktu, usai solat Shubuh Ali bin Abi Thalib ra. yang kala itu menjabat sebagai khalifah, berdiri di depan jamaah, memberikan pidato terkait keadaan umat islam yang kian tidak stabil. Ada kegelisahan di hatinya berbalut rasa tanggung jawab, atas kejadian-kejadian yang menimpa umat islam saat itu, dimana banyak terjadi berbagai perpecahan dan provokasi.
dari kegelisaha itu air matanya berderai, bicaranya terbata-bata.

SUMBER : Tarbawi



Rabu, 11 Desember 2013

Keputusan atas Hidup ku [11-12-13]



Yang paling menyedihkan adalah…
Malam ini, ya malam ini aku meyatakan pada hati yang tersembunyi, bahwa harapan itu sirna sudah.
Cukup !!!
Cukup sampai disini saja semua harapku tentangmu.
Terlalu sakit jika harus menununggu sedetik lagi,
Atau ada harap setetes debu.
Tak mau lagi.
Saat sulit ini pun beriringan dimana aku harus menyelesaikan tugas akhir,
ah,
Tuhan kan Maha Penyayang, tak perlu lah aku khawatir tentang itu.
 cukup perbanyak doa saja.
aku pun tak perlu menanyakan kau punya hati lagi atau tidak
namun yang ku tahu sekarang,
kau manusia yang 'sangat peka'
bahkan terlalu peka.
peka pada dirimu sendiri !!! [EGOIS]
& kau memalingkan hati untuk orang lain,
dan kau tahu? orang lain itu aku.
aku yang pernah menjadi 'sahabat' baikmu [dulu]

Tuhan...
aku ingin segera berpindah zona,
tak mau selamanya berada ada zona menyesakan ini,
tunjukan padaku tentang sebuah tanda akan kedekatannya kebahagian itu...
kebahagiaan hakiki,
dimana aku akan lebih tenang dengan[nya] yang baru,
nanti...

Selasa, 10 Desember 2013

Tulisan Tanpa Judul

Sudah 1/3 bulan ini datang menghampiri,
namun tugas akhirnya masih juga belum ia rampungkan.
berhari-hari berlalu tanpa menyentuh sedikitpun lembaran sejarah saksi ilmu yang akan dibopongnya.
huft, lagi lagi terdengar banyak alasan untuk menutupinya.

semester ganjil tahun ini akan segera menemui akhirnya,
tentu dalam jiwanya menyeruak ketakutan membayar ulang SPP,
mendengar berbagai celotehan orang tentang dirinya yang belum juga lulus,
namun semua itu tak menggoyahkan lagi tekadnya.
menurutnya, keseriusan dalam mengerjakan segala hal itu semua bersumber dari ketenangan hati juga jiwa.
dan kini, usaha 'menata hati' agar tak lagi berserakan sedang diusahakannya.
karena ini merupakan langkah awal untuk dapat bekerja penuh senyum...

Malam ini,
Jam di laptopnya menunjukan pukul 11.31 PM.
namun jemarinya masih berselancar di dunia maya,
kesukaannya menulis mengalahkan rasa kantuk yang sudah mulai mendera kelopak mata bagian atas.
ahahah
lagi lagi masalah kesukaan hati.

hati sang penguasa raga,
bersahabat baiklah selalu dengannya yang kini sedang berjuang menyelesaikan kewajibannya...
SKRIPSI.
semoga dimudahkan.

Minggu, 08 Desember 2013

Aku lebih tahu tentang diriku setelah Tuhanku

Kini...
aku kembali dengan perasaan yang sama, tak berubah meski sedikitpun.
jika kau disana sedang tertidur lelap, semoga malaikat memelukmu dengan erat tanpa melepaskan sedetikpun.
jika kau sedang makan, semoga berkah makanan yang akan menjadi darah yang mengalir dalam tubuhmu,
jikalau kau sedang bersedih, semoga malaikat punya cara untuk merubah tangismu menjadi senyum manis di wajahmu.
sedang beraktivitas apapun kau disana, semoga Allah selalu memberkahi.
aku masih & akan selalu sayang kamu....

Tentang diriku,
kata orang lain aku harus begini dan begitu,
tapi sayang... percayalah,
aku tak perdulikan mereka. 
karena mereka tak lebih tahu tentang diriku,
mereka hanya tahu dari luar, tak tahu isi hatiku
begitu besar rasa cinta, sayang juga rinduku untuk kamu.

Meski suatu saat nanti terselip kabar tentang sebuah ikatan suci...
entah ikatan sucimu dengan orang lain, atau aku dengan sosok [bukan] kamu,
aku yakin, kau akan kuat!!!
pun begitu dengan aku disini,
karena masih ada harapan baik tentang kita...
meski lebih kecil dari setitik debu,
namun harapan itu akan selalu ada !!!

mungkin saja,,,
Jannah-Nya lebih pantas untuk kita berdua Sayang.
berdoalah... :-*