Senin, 21 Januari 2013

Micro Teaching


Bismillahirrohanirrohim...
Assalamualaikum wr.wb
Cerpen,  created by Sofia Hanum

Tentang sebuah pengalaman pertamaku...
Pagi itu, tepatnya Sabtu 5 Januari 2013, entah apa yang bisa aku deskripsikan tentang rasa yang aku rasakan kala itu. Gundah, senang, takut, penuh harap tentang sebuah cita yang telah lama menjadi salah satu deretan impian episode kehidupanku, yah bisa menjadi salah satu guru disekolah islami yang cukup bergengsi, tanpa berpikir panjang setelah mendapat informasi ada lowongan mengajar di SDIT Ummul Quro (UQ) bertepat di jln. KH Soleh Iskandar no 1 Parakan Jaya Kec. Kemang Kab. Bogor itu, sebuah alamat yang belum pernah terdengar ditelinga, dan benar-benar tak ada bayangan harus naik angkot apa untuk bisa menuju kesana, sempat terlintas difikiran berharap ada pangeran berkuda yang bisa mengantarkanku kesana.
Singkat cerita, akhirnya akupun telah mendapatkan sedikit gambaran rute menuju tepat tujuan. Hari ini adalah untuk kedua kalinya, karena kemarin, tepatnya hari jumat setelah malamnya mendapatkan info tersebut, aku langsung menghubungi CP yang tertera dihalam SMS itu, dan balasannya adalah untuk aku segera menyerahkan CV (Curiculum Viate). Sedangkan untuk sekarang agendanya micro teaching. Dua kata ini yang telah membuat aku tak karuan, karena memang jujur ini adalah untuk pertama kalinya, meski aku telah satu tahun mengajar di salah satu yayasan, namun entah kenapa di frame telah tercipta bahwa micro teaching adalah sesuatu yang sangat menegangkan, sehingga telah membuatku kurang enak makan, pikiran yang terkuras dengan bayangan yang macam-macam, sampai agenda belajar untuk menyongsong UAS (Ujian Akhir Semester) pada malam hari sebelum hari H, Aku abaikan, berniat unutk fokus latihan, alhasil malah nyenyak tidur.
Perjalanan yang cukup jauh, telah menyeretku untuk bisa mengalokasikan waktu yang lebih agar tidak telat sampai disana. Maklum awalan, tentu ingin diawali dengan sesuatu yang baik pula, salah satunya datang tepat waktu, bahkan diawal waktu. Sarapan pagipun aku tanggalkan pagi itu. Segera aku memberhentikan angkot yang melintas didepan gank kost-kostan. Dan aku adalah penumpang pertama, setelah beberapa meter berjalan, datanglah seorang gadis belia menaiki angkot yang aku tumpangi itu. Terlihat tak mengenakan dengan rambut diikat dengan kunciran berwarna kuning, ditangannya membawa dua buah HP yang sedari awal terlihat dibongkar pasang, entah apa yang terjadi aku tak begitu menghiaraukannya, dengan mengenakan kaos putih bertuliskan hijau lumut, dan menyoren tas kecil bercorak batik. Dan terlihat beberapa tato tergabar ditangan kirinya. Selang beberapa menit, naiklah penumpang ketiga, terlihat berpakaian rapi layaknya mahasiswa, ketika dan giginya mengenakan behel. Sopir pun tak lama kemudian angkat stir. Beberapa meter angkot berjalan, tak sama sekali terlintas dipikiran akan apa yang terjadi, namun gadis yang sedari tadi sibuk mengotak-atik HP yang digenggamnya, tiba-tiba mengeluarkan uang sebesar 3ribu rupiah, lalu menyodorkannya kehadapannku. Aku bingung seketika, muka penuh tanya,terlintas dipikiran “loh, kenapa ngasihnya ke aku? Kalo mau turun, ya kasih ke abang sopirnya dong” tanpa sepatah katapun terucap dari bibirku. Laki-laki yang duduk disebelah gadis belia itu hanya melemparkan senyuman kecil. Dan setelah kejadian itu, munculah kejadian aneh yang lain, gadis itu berbicara sendiri, entah topik apa yang diangkat, aku tak begitu memperhatikannya, karena sedikit rasa takut, akhirnya aku mengalihkan melihat pemandangan keluar. Setelah samapai tujuan sigadis memberhentikan angkotnya, dan ketika kakinya melangkahkan untuk turun,sempat kakiku dia sentuh dengan diiringi kalimat “makasih ya”. Penuh tanya semakin menjadi-jadi, dan laki-laki itu lagi-lagi hanya tersenyum, namun kali ini senyumnya lebih melebar, mungkin sudah dapat menyimpulkan siapa gadis belia yang baru saja turun,tanpa membayar ongkos, dan untungnya sang sopir pahlawan berhati emas, tanpa memaksa untuk membayar ongkosnya. (huff, angkot pertama menuju tempat tujuan telah menggoreskan cerita aneh yang langka).
Selanjutnya, aku menaiki angkot kedua, dan ketiga. Sesampainya ditempat tujuan, terlihat Pamphlet dari kejauhan bertuliskan “ SEKOLAH UMMUL QURO, TKIT, SDIT, SMPIT,SMAIT) tulisan yang didominasi warna hijau itu telah membangkitkan rasa semangatku, dan tentunya ketegangan yang semakin menjadi-jadi, dan telah menghapuskan memori kejadian barusan. Kulangkahkan kaki dengan penuh percaya diri, dan kudatangi pos satpam yang kemarin telah mengantarkanku kesebuah kantor. Kusapa “Assalamualaikum pak” langsung disahut “walkumsalam, ibu yang mau micro teaching ya?” seolah-olah beliau bisa membaca isi hatiku. “iya pak betul” tanpa panjang lebar kemudian aku menuliskna nama didaftar buku tamu, dan pojok pos terlihat seorang wanita yang sedang duduk manis, sepertinya beliau peserta seperti aku, pikirku seketika.dan setelah aku dekati, ternyata benar. Terciptalah perbincangan kecil, info yang aku dapatkan bahwa beliau adalah seorang sarjana lulusan salah satu universitas di Jakarta yang telah mempunyai satu orang anak. Akhirnya waktu yang menegangkan itupun tiba. Sampai diruangan tunggu, karena untuk micro teaching dilakukan diruangan yang berbeda, sehingga kami seolah menunggu antrian sembako. Aku adalah peserta kedua setelah ibu Nita, dan untuk urutan tesnya pun sesuai dengan waktu kehadirannya. Peserta pertama dipanggil keruangan micro teaching yang didalamnya sudah berbaris beberapa guru wanita, mereka seolah murid-murid SD yang mau belajar, dan kami dituntut untuk berakting ria menjadi seorang guru. Selama penantian, aku gelisah, jujur, tak karuan hingga perasaanku kutuliskan disebuah jejaring sosial yang membooming itu “Everything is gonna be oke”. Tak lama, ada beberapa orang yang me-like statusku itu, apakah ‘mereka’ juga sedangkan merasakan hal yang sama, entahlah.. dan terlihat ada satu orang yang berkomentar dengan statement yang menguatkan aku, seolah energi untuk mensuply semangatku yang semakin menciut, yah dia adalah sahabatku yang sedari awal tau moment indah ini. Dia juga yang telah memberikan masukan-masukan, yang membuatku merasa tak sendiri dalam kebingungan. Satu kalimat untuk sahabatku itu “ thank You so much”.
Detik menegangkanpun tiba, kini giliranku, terlihat sudah beberapa peserta yang lain berdatangan. Ku langkahkan kaki menuju ruangan itu, rasanya...(emmm) entahlah, campur-campur seperti keredok pedagang kaki lima. Terlihat didalam sudah duduk beberapa ibu-ibu yang memegang form penilaian. (suasana seketika menjadi tegang) itu karena perasaanku yang terlalu melebih-mlebihkan, sehingga konsep awal, seketika ngeblank. Dan kujalani micro teaching yang berdurasi 30 menit diruangan ‘panas’ itu dengan seadanya yang keluar dari mulut, tangan, kaki dan anggota tubuh yang lainnya. Guru-guru yang pada saat itu berpura-pura menjadi siswa SD luar biasa dahsyat, menguji benar-benar letak kesabaran gurunya hingga dimana, juga ada beberapa ‘pancingan’ yang membuatku gugup mau jawab apa. Beragam tingkah mereka, sampai terlihat sifat asliku tentang ketidaksabaranku, juga tentang dan kejutekannku. Itu semua keluar begitu saja, sampai ada salah satu ‘murid’ yang mengatakan “kok ibu galak sih, awas ya, nanti aku bilangin mamah lho”... (speechlees). Dan ada tingkah yang tak kalah aneh, “ibu-ibu, kok ibu cantik ya? Aku boleh nyanyi gak Bu, you are beautiful, beautiful, beautiful” dan suasana kelas semakin gaduh. Akupun sejenak berusaha meredamkan, namun tak berhasil, jumlah mereka jauh lebih banyak. Dan akhirnya detik menegangkan itupun selesai, sebelum keluar dari ruangan itu, ada beberapa pertanyaan yang terlontar, entah itu menanyakan tentang jurusan, tempat tinggal, pengalam mengajar, dll. Setelah selesai aku segera keluar dari ruangan dengan rasa yang sedikit tak yakin, karena melihat apa yang terjadi. Namun lagi-lagi kutepiskan dengan penyemangat, jika Allah berkehendak, maka apapun akan terjadi, entah tadi ketika tes berantakan atau apa, jikalau Allah mengatakan aku ditakdirkan mengajar disana, tentu takkan ada seorang makhluk manapun yang bisa mengelaknya. Berjalan menuju keruang tunggu, ketika masuk, terlihat beberapa peserta yang baru datang, dan ada dua orang akhwat yang mukanya tak asing lagi, yap ternyata mereka juga berasal dari kampus yang sama denganku, salah satu dari kedua itu bahkan aku kenal namanya. Peserta selanjutnya pun dipanggil, dan aku asyik berbincang-bincang dengan peserta yang lain dengan ditemani satu gelas air putih yang disediakan panitia.
Satu persatu peserta dipanggil,dan akhirnya selesai juga. Setelah sekian lama aku menunggu peserta yang lain, karena memang tak dibolehkan untuk pulang, karena akan diumumkan langsung oleh kepala sekolah siapa peserta yang beruntung masuk ke babak final. Tak lama bu Titin akrab dipanggil, beliau adalah wakasek bagian kurikulum menyuruh kami untuk menunggu dikantor, dan kemudian satu persatu masuk keruangan kepala sekolah untuk diberitahu hasilnya. Seperti awal, aku adalah peserta kedua yang dipanggil, penuh dengan tanya, dan rasa tak sabar, aku segera memasuki ruangan pak Kepsek yang tak jauh dari rungan tunggu. Aku dipersilahkan masuk, kalimat basa-basipun terlontar dari mulut pak Kepsek yang tadi menjadi salah satu ‘murid’ di ruangan icro teaching itu. Setelah kalimat pengantar, aku sudah bisa menyimpulkan hasil yang aku peroleh. Ya pada intinya adalah aku belum bisa bekerjasama disekolah yang menjadi impianku selama ini. Bahasa yang disampaikan sunggu bermakna dalam, namun menggunakan majas yang tak sama sekali ada kalimat yang menyinggung, sehingga tak menambahndaftar kesedihanku detik itu. Dan terucap closing statement dari kepala sekolah yang berkulit agak putih itu “semangat Skripsinya ya Mbak”. Dan kusahut dengan sedikit nada sayu, “iya Pak makasih”. Akupun keluar dari ruangan itu, dari berpamitan dengan peserta yang lainuntuk pulang lebih dulu. Tanpa panjang lebar segera ku pakai sepatu baru bersejarah yang telah setia menunggu. Dengan sedikit rasa kecewa, kucepetkan langkah kaki menuju jalan raya unutk segera pulang. Disepanjang perjalana masih terbayang suasana-suasan itu. Dengan sedikit menenangkan hati terucap dalam hati “ yaudah gak apa-apa, yang penting udah berusaha semaksimal mungkin, kalo toh hasilnya gak sesuai dengan yang diharapkan, mungkin Allah punya rencana lain yang lebih indah, bungan mekar pada waktunya”. Sekian.


Tidak ada komentar: