Masa-masa liburan kaya sekarang ini, rasanya jarang banget gue nemuin
orang yang gue kenal, entah itu temen kost’an, temen departemen, atau
temen yang lainnya.
Tapi siang tadi disebuah warung makan, gue
ketemu sama temen gue yang SEANGKATAN, udah lama banget gak ketemu dia.
Terjadilah perbincangan singkat itu, panggil saja MAWAR..
Gue : eh Mawar, kok gak pulang,
lagi penelitian ya... (dengan santainya dihiasi senyuman manis dibibir)
*soalnya yang gue tau, temen2 gue yang gak pulang itu, rata-rata karena
emang mereka lagi ngurusin penelitiannya.
Mawar : engga kok.
Gue : terus kenapa? *sok serius nanyannya, padahal KEPO,
Mawar : lusa mau sidang...
Gue : (dlm hati msh gak percaya) Sidang apa? Ketauan pura-pura oonnya. #mungkin dalam hati si Mawar, nie orang KEPO apa FUDUL???
Mawar : sidang SKRIPSI !!!
Gue : (dengan nada sedikit rendah dari yang pertama) hah iyaaa??? Sidang skripsi???
Dan nyeseknya pas si Mawar negasin bilang “IYA”...
Gue tau banget dia orangnya JARANG becanda, dan kalopun dia becanda, gue rasa gak ada lucu-lucunya sama sekali.
Ummiiiii, teriak gue gak bersuara, CETAR banget sih nih orang, gue
aja belum mulai apa-apa, bahkan nyentuh yang namanya penelitianpun
beloman. TERUS gue kapan LULUSNYA??? Huaaa...
Mau nanya ke
Pembimbing “Bu kapan saya mulai penelitian” aja belom berani, soalnya
prediksi gue 99,9 % gak mungkin salah, paling jawaban pembimbing gue,
“proposalnya selesain dulu yak Nak, baru mulai penelitian...” dan disitu
gue cuma bisa garuk2 kepala. Hemmm, alangkah lucunya sandiwara ini...
Seketika, ditelinga kanan gue kaya ada yang ngebisikin... “Udah gak
apa2 Vie, yang pentingkan ujung-ujungnya LULUS juga, setiap orang punya
jalannya masing-masing, mungkin Ovi masih dibutuhin dikampus)
Awal-awal hati gue tenang pada saat itu, tapi akhir-akhir agak mikir juga, “dibutuhin???”
Lo kira gue OB...
Sabtu, 26 Januari 2013
Senin, 21 Januari 2013
Micro Teaching
Bismillahirrohanirrohim...
Assalamualaikum wr.wb
Cerpen,
created by Sofia Hanum
Tentang sebuah pengalaman pertamaku...
Pagi itu, tepatnya Sabtu 5 Januari 2013,
entah apa yang bisa aku deskripsikan tentang rasa yang aku rasakan kala itu.
Gundah, senang, takut, penuh harap tentang sebuah cita yang telah lama menjadi
salah satu deretan impian episode kehidupanku, yah bisa menjadi salah satu guru
disekolah islami yang cukup bergengsi, tanpa berpikir panjang setelah mendapat
informasi ada lowongan mengajar di SDIT Ummul Quro (UQ) bertepat di jln. KH
Soleh Iskandar no 1 Parakan Jaya Kec. Kemang Kab. Bogor itu, sebuah alamat yang
belum pernah terdengar ditelinga, dan benar-benar tak ada bayangan harus naik
angkot apa untuk bisa menuju kesana, sempat terlintas difikiran berharap ada
pangeran berkuda yang bisa mengantarkanku kesana.
Singkat cerita, akhirnya akupun telah
mendapatkan sedikit gambaran rute menuju tepat tujuan. Hari ini adalah untuk
kedua kalinya, karena kemarin, tepatnya hari jumat setelah malamnya mendapatkan
info tersebut, aku langsung menghubungi CP yang tertera dihalam SMS itu, dan
balasannya adalah untuk aku segera menyerahkan CV (Curiculum Viate). Sedangkan
untuk sekarang agendanya micro teaching.
Dua kata ini yang telah membuat aku tak karuan, karena memang jujur ini adalah
untuk pertama kalinya, meski aku telah satu tahun mengajar di salah satu
yayasan, namun entah kenapa di frame
telah tercipta bahwa micro teaching adalah sesuatu yang sangat menegangkan,
sehingga telah membuatku kurang enak makan, pikiran yang terkuras dengan
bayangan yang macam-macam, sampai agenda belajar untuk menyongsong UAS (Ujian
Akhir Semester) pada malam hari sebelum hari H, Aku abaikan, berniat unutk
fokus latihan, alhasil malah nyenyak tidur.
Perjalanan yang cukup jauh, telah menyeretku
untuk bisa mengalokasikan waktu yang lebih agar tidak telat sampai disana.
Maklum awalan, tentu ingin diawali dengan sesuatu yang baik pula, salah satunya
datang tepat waktu, bahkan diawal waktu. Sarapan pagipun aku tanggalkan pagi
itu. Segera aku memberhentikan angkot yang melintas didepan gank kost-kostan.
Dan aku adalah penumpang pertama, setelah beberapa meter berjalan, datanglah
seorang gadis belia menaiki angkot yang aku tumpangi itu. Terlihat tak
mengenakan dengan rambut diikat dengan kunciran berwarna kuning, ditangannya
membawa dua buah HP yang sedari awal terlihat dibongkar pasang, entah apa yang
terjadi aku tak begitu menghiaraukannya, dengan mengenakan kaos putih
bertuliskan hijau lumut, dan menyoren tas kecil bercorak batik. Dan terlihat
beberapa tato tergabar ditangan kirinya. Selang beberapa menit, naiklah
penumpang ketiga, terlihat berpakaian rapi layaknya mahasiswa, ketika dan
giginya mengenakan behel. Sopir pun tak lama kemudian angkat stir. Beberapa
meter angkot berjalan, tak sama sekali terlintas dipikiran akan apa yang
terjadi, namun gadis yang sedari tadi sibuk mengotak-atik HP yang digenggamnya,
tiba-tiba mengeluarkan uang sebesar 3ribu rupiah, lalu menyodorkannya
kehadapannku. Aku bingung seketika, muka penuh tanya,terlintas dipikiran “loh,
kenapa ngasihnya ke aku? Kalo mau turun, ya kasih ke abang sopirnya dong” tanpa
sepatah katapun terucap dari bibirku. Laki-laki yang duduk disebelah gadis
belia itu hanya melemparkan senyuman kecil. Dan setelah kejadian itu, munculah
kejadian aneh yang lain, gadis itu berbicara sendiri, entah topik apa yang
diangkat, aku tak begitu memperhatikannya, karena sedikit rasa takut, akhirnya
aku mengalihkan melihat pemandangan keluar. Setelah samapai tujuan sigadis
memberhentikan angkotnya, dan ketika kakinya melangkahkan untuk turun,sempat
kakiku dia sentuh dengan diiringi kalimat “makasih ya”. Penuh tanya semakin
menjadi-jadi, dan laki-laki itu lagi-lagi hanya tersenyum, namun kali ini
senyumnya lebih melebar, mungkin sudah dapat menyimpulkan siapa gadis belia
yang baru saja turun,tanpa membayar ongkos, dan untungnya sang sopir pahlawan
berhati emas, tanpa memaksa untuk membayar ongkosnya. (huff, angkot pertama
menuju tempat tujuan telah menggoreskan cerita aneh yang langka).
Selanjutnya, aku menaiki angkot kedua, dan
ketiga. Sesampainya ditempat tujuan, terlihat Pamphlet dari kejauhan
bertuliskan “ SEKOLAH UMMUL QURO, TKIT, SDIT, SMPIT,SMAIT) tulisan yang
didominasi warna hijau itu telah membangkitkan rasa semangatku, dan tentunya
ketegangan yang semakin menjadi-jadi, dan telah menghapuskan memori kejadian
barusan. Kulangkahkan kaki dengan penuh percaya diri, dan kudatangi pos satpam
yang kemarin telah mengantarkanku kesebuah kantor. Kusapa “Assalamualaikum pak”
langsung disahut “walkumsalam, ibu yang mau micro teaching ya?” seolah-olah
beliau bisa membaca isi hatiku. “iya pak betul” tanpa panjang lebar kemudian
aku menuliskna nama didaftar buku tamu, dan pojok pos terlihat seorang wanita
yang sedang duduk manis, sepertinya beliau peserta seperti aku, pikirku
seketika.dan setelah aku dekati, ternyata benar. Terciptalah perbincangan
kecil, info yang aku dapatkan bahwa beliau adalah seorang sarjana lulusan salah
satu universitas di Jakarta yang telah mempunyai satu orang anak. Akhirnya
waktu yang menegangkan itupun tiba. Sampai diruangan tunggu, karena untuk micro
teaching dilakukan diruangan yang berbeda, sehingga kami seolah menunggu
antrian sembako. Aku adalah peserta kedua setelah ibu Nita, dan untuk urutan
tesnya pun sesuai dengan waktu kehadirannya. Peserta pertama dipanggil
keruangan micro teaching yang didalamnya sudah berbaris beberapa guru wanita,
mereka seolah murid-murid SD yang mau belajar, dan kami dituntut untuk
berakting ria menjadi seorang guru. Selama penantian, aku gelisah, jujur, tak
karuan hingga perasaanku kutuliskan disebuah jejaring sosial yang membooming
itu “Everything is gonna be oke”. Tak
lama, ada beberapa orang yang me-like statusku itu, apakah ‘mereka’ juga
sedangkan merasakan hal yang sama, entahlah.. dan terlihat ada satu orang yang
berkomentar dengan statement yang menguatkan aku, seolah energi untuk mensuply
semangatku yang semakin menciut, yah dia adalah sahabatku yang sedari awal tau
moment indah ini. Dia juga yang telah memberikan masukan-masukan, yang
membuatku merasa tak sendiri dalam kebingungan. Satu kalimat untuk sahabatku
itu “ thank You so much”.
Detik menegangkanpun tiba, kini giliranku,
terlihat sudah beberapa peserta yang lain berdatangan. Ku langkahkan kaki
menuju ruangan itu, rasanya...(emmm) entahlah, campur-campur seperti keredok
pedagang kaki lima. Terlihat didalam sudah duduk beberapa ibu-ibu yang memegang
form penilaian. (suasana seketika menjadi tegang) itu karena perasaanku yang
terlalu melebih-mlebihkan, sehingga konsep awal, seketika ngeblank. Dan
kujalani micro teaching yang berdurasi 30 menit diruangan ‘panas’ itu dengan
seadanya yang keluar dari mulut, tangan, kaki dan anggota tubuh yang lainnya.
Guru-guru yang pada saat itu berpura-pura menjadi siswa SD luar biasa dahsyat,
menguji benar-benar letak kesabaran gurunya hingga dimana, juga ada beberapa
‘pancingan’ yang membuatku gugup mau jawab apa. Beragam tingkah mereka, sampai
terlihat sifat asliku tentang ketidaksabaranku, juga tentang dan kejutekannku.
Itu semua keluar begitu saja, sampai ada salah satu ‘murid’ yang mengatakan
“kok ibu galak sih, awas ya, nanti aku bilangin mamah lho”... (speechlees). Dan
ada tingkah yang tak kalah aneh, “ibu-ibu, kok ibu cantik ya? Aku boleh nyanyi
gak Bu, you are beautiful, beautiful, beautiful” dan suasana kelas semakin
gaduh. Akupun sejenak berusaha meredamkan, namun tak berhasil, jumlah mereka
jauh lebih banyak. Dan akhirnya detik menegangkan itupun selesai, sebelum
keluar dari ruangan itu, ada beberapa pertanyaan yang terlontar, entah itu
menanyakan tentang jurusan, tempat tinggal, pengalam mengajar, dll. Setelah
selesai aku segera keluar dari ruangan dengan rasa yang sedikit tak yakin,
karena melihat apa yang terjadi. Namun lagi-lagi kutepiskan dengan penyemangat,
jika Allah berkehendak, maka apapun akan terjadi, entah tadi ketika tes
berantakan atau apa, jikalau Allah mengatakan aku ditakdirkan mengajar disana,
tentu takkan ada seorang makhluk manapun yang bisa mengelaknya. Berjalan menuju
keruang tunggu, ketika masuk, terlihat beberapa peserta yang baru datang, dan
ada dua orang akhwat yang mukanya tak asing lagi, yap ternyata mereka juga
berasal dari kampus yang sama denganku, salah satu dari kedua itu bahkan aku
kenal namanya. Peserta selanjutnya pun dipanggil, dan aku asyik
berbincang-bincang dengan peserta yang lain dengan ditemani satu gelas air
putih yang disediakan panitia.
Satu persatu peserta dipanggil,dan akhirnya
selesai juga. Setelah sekian lama aku menunggu peserta yang lain, karena memang
tak dibolehkan untuk pulang, karena akan diumumkan langsung oleh kepala sekolah
siapa peserta yang beruntung masuk ke babak final. Tak lama bu Titin akrab
dipanggil, beliau adalah wakasek bagian kurikulum menyuruh kami untuk menunggu
dikantor, dan kemudian satu persatu masuk keruangan kepala sekolah untuk
diberitahu hasilnya. Seperti awal, aku adalah peserta kedua yang dipanggil,
penuh dengan tanya, dan rasa tak sabar, aku segera memasuki ruangan pak Kepsek
yang tak jauh dari rungan tunggu. Aku dipersilahkan masuk, kalimat basa-basipun
terlontar dari mulut pak Kepsek yang tadi menjadi salah satu ‘murid’ di ruangan
icro teaching itu. Setelah kalimat pengantar, aku sudah bisa menyimpulkan hasil
yang aku peroleh. Ya pada intinya adalah aku belum bisa bekerjasama disekolah
yang menjadi impianku selama ini. Bahasa yang disampaikan sunggu bermakna
dalam, namun menggunakan majas yang tak sama sekali ada kalimat yang
menyinggung, sehingga tak menambahndaftar kesedihanku detik itu. Dan terucap
closing statement dari kepala sekolah yang berkulit agak putih itu “semangat
Skripsinya ya Mbak”. Dan kusahut dengan sedikit nada sayu, “iya Pak makasih”.
Akupun keluar dari ruangan itu, dari berpamitan dengan peserta yang lainuntuk
pulang lebih dulu. Tanpa panjang lebar segera ku pakai sepatu baru bersejarah
yang telah setia menunggu. Dengan sedikit rasa kecewa, kucepetkan langkah kaki
menuju jalan raya unutk segera pulang. Disepanjang perjalana masih terbayang
suasana-suasan itu. Dengan sedikit menenangkan hati terucap dalam hati “ yaudah
gak apa-apa, yang penting udah berusaha semaksimal mungkin, kalo toh hasilnya
gak sesuai dengan yang diharapkan, mungkin Allah punya rencana lain yang lebih
indah, bungan mekar pada waktunya”. Sekian.
NOBAR Film "ATAMBUA 39o Celcius" @Gedung AHN
Hari kemarin, tepatnya tanggal 21 Januari, padahal baru 33 menit tepatnya meninggalkan hari senin itu.
tapi sekarang sudah berganti tanggal dan hari. ya, hari kemarin benar2 mendapatkan sesuatu yg 'baru'. semakin percaya dengan ketetapan-Nya, jadi dimuka bumi ini kita tinggal menjalankan 'peran' yang sudah ada di skenario sang Pencipta. awalnya berniat untuk mengikuti seminar kolokium temen2 departement, namun teman saya yang awalnya saya rayu, kini berubah peran, Ia yang merayu saya untuk ikut dalam acara NOBAR di gedung AHN (Andi Hakim Nasution). Awal membaca SMS ajakan itu, sempat berfikir lebih dari satu kali, "waah, kan saya niatnya hari ini selesai ngajar, mau mengikuti kolokium, namun dipikir2 ulang...em, sepertinya berat rasanya jika harus menolak ajakan teman saya untuk nonton bareng yang entah film apa sayapun belum tahu pada saat itu, namun terlintas, moment2 seperti ini kan jarang... dan akhirnya kaki ini pun mengikuti isi hati yang tak pernah bohong" (tak ada penyesalan diakhir)
Bersama teman saya, Dewi namanya...akhirnya dengan bermodalkan kenal dengan salah satu panitia acara tersebut, akhirnya kamipun bisa masuktanpa tiket. sempat dipintu masuk kami ditagih tiket oleh panitia, namun karena kebetulan ada teman yang menjadi 'jaminan' itu, akhirnya kami berdua lolos masuk kedalam. waah, memang digedung itu terkesan mewah, dengan desain bangunannya, dan aksesoris yang mempercantik ruangan megah itu. hingga terkadang menambah rasa bangga mengenakan almamater biru kampus IPB tercinta.
***
singkat cerita, ternyata moment ini moment yang luarbiasa, mengapa demikian? karena pemutaran film yang berjudul "ATAMBUA 39o Celcius" ini the first atau untuk pertama kalinya diputarkan disalah satu kampus di Indonesia, dan Alahamdulillah saya termasuk salah satu peserta yang beruntung itu. karena film ini ternyata tak ditayangkan secara bebas, hanya sekitar di 20 tempat pilihan, yang notabenenya disana banyak berdiri kamu intelektual kata sutradara ternama ini Mira Lesmana bersama saudara kembarnya Mas Riri ketika berdialog dengan audiens diruangan tersebut. selain itu, film ini juga syarat akan makna, jujur, meski saya tak begitu faham dengan alur ceritanya, namun ketika mendekati ending, ternyata Film ini berkisah tentang "konstruksi sosial masyarakat Atambua, kota kabupaten di NTT setelah 13 tahun referendum. Sekitar 80 persen penduduk Atambua merupakan pengungsi asal Timor Timur setelah lepas dari Indonesia pada 1999 lalu. Identitas mereka terbelah." (KOMPAS).
tapi sekarang sudah berganti tanggal dan hari. ya, hari kemarin benar2 mendapatkan sesuatu yg 'baru'. semakin percaya dengan ketetapan-Nya, jadi dimuka bumi ini kita tinggal menjalankan 'peran' yang sudah ada di skenario sang Pencipta. awalnya berniat untuk mengikuti seminar kolokium temen2 departement, namun teman saya yang awalnya saya rayu, kini berubah peran, Ia yang merayu saya untuk ikut dalam acara NOBAR di gedung AHN (Andi Hakim Nasution). Awal membaca SMS ajakan itu, sempat berfikir lebih dari satu kali, "waah, kan saya niatnya hari ini selesai ngajar, mau mengikuti kolokium, namun dipikir2 ulang...em, sepertinya berat rasanya jika harus menolak ajakan teman saya untuk nonton bareng yang entah film apa sayapun belum tahu pada saat itu, namun terlintas, moment2 seperti ini kan jarang... dan akhirnya kaki ini pun mengikuti isi hati yang tak pernah bohong" (tak ada penyesalan diakhir)
Bersama teman saya, Dewi namanya...akhirnya dengan bermodalkan kenal dengan salah satu panitia acara tersebut, akhirnya kamipun bisa masuktanpa tiket. sempat dipintu masuk kami ditagih tiket oleh panitia, namun karena kebetulan ada teman yang menjadi 'jaminan' itu, akhirnya kami berdua lolos masuk kedalam. waah, memang digedung itu terkesan mewah, dengan desain bangunannya, dan aksesoris yang mempercantik ruangan megah itu. hingga terkadang menambah rasa bangga mengenakan almamater biru kampus IPB tercinta.
***
singkat cerita, ternyata moment ini moment yang luarbiasa, mengapa demikian? karena pemutaran film yang berjudul "ATAMBUA 39o Celcius" ini the first atau untuk pertama kalinya diputarkan disalah satu kampus di Indonesia, dan Alahamdulillah saya termasuk salah satu peserta yang beruntung itu. karena film ini ternyata tak ditayangkan secara bebas, hanya sekitar di 20 tempat pilihan, yang notabenenya disana banyak berdiri kamu intelektual kata sutradara ternama ini Mira Lesmana bersama saudara kembarnya Mas Riri ketika berdialog dengan audiens diruangan tersebut. selain itu, film ini juga syarat akan makna, jujur, meski saya tak begitu faham dengan alur ceritanya, namun ketika mendekati ending, ternyata Film ini berkisah tentang "konstruksi sosial masyarakat Atambua, kota kabupaten di NTT setelah 13 tahun referendum. Sekitar 80 persen penduduk Atambua merupakan pengungsi asal Timor Timur setelah lepas dari Indonesia pada 1999 lalu. Identitas mereka terbelah." (KOMPAS).
Sabtu, 05 Januari 2013
Apa aja deh...
Sudah lama rasanya tak menampakan batang hidung di blogku tercinta...
satu tahun yang lalu tepatnya 10 Desember terakhir menggoreskan pena-pena itu.
banyak sekali curhatan yang ingin disampaikan, pengalaman, dan cerita-cerita menarik lainnya.
tapi gak sekarang yaaa, soalnya mau ujian nih, nanti gak fokus lagi. nanti aja ya insyaAllah kalo UAS sudah berakhir, maka aksi akan terlihat. salam sayang buat semua.
satu tahun yang lalu tepatnya 10 Desember terakhir menggoreskan pena-pena itu.
banyak sekali curhatan yang ingin disampaikan, pengalaman, dan cerita-cerita menarik lainnya.
tapi gak sekarang yaaa, soalnya mau ujian nih, nanti gak fokus lagi. nanti aja ya insyaAllah kalo UAS sudah berakhir, maka aksi akan terlihat. salam sayang buat semua.
Langganan:
Postingan (Atom)