Jumat, 07 Desember 2012

Fenomena Akhwat dan Ikhwan “pinjam-meminjami jaket??

Miris awalnya. Tapi, hanya menyimpan kekecewaan dalam hati saja takkan pernah membuahkan hasil. kini perasaan itu membuncah melahirkan tulisan sederhana ini. Semoga bermanfaat. Saya menyebutnya ini adalah sebuah ‘fenomena’.
Fenomena “pinjam-meminjami jaket mungkin akan terasa biasa jika orang2 penganut “pacaran” yang mengalaminya, akan tetapi terasa ganjil jika saudara sesama kita “(katakanlah yang sudah tertarbiyah) melakukan hal ini. Fenomena pinjam-meminjami jaket mungkin bukan hal yang tabu, sudah sering kita menyaksikan bahkan mengalaminya sendiri.
Bermula dari sebuah pengalaman (menyaksikan fenomena pinjam-meminjami jaket) “Suatu ketika dalam satu acara kampus yang cukup ‘penting’ bagi si ‘akhwat-dan ikhwan’ tersebut (mengapa saya sebut ikhwan dan akhwat, karena saya mengetahui peran mereka dalam ranah dakwah kampus) dalam satu kondisi si akhwat tersebut lupa membawa jaket. Padahal malam itu udara sangat dingin. Dengan terpaksa sang akhwat tersebut meminjam jaket pada sang ikhwan. Dan tanpa fikir panjang sang ikhwan langsung meminjamkan jaketnya. Hingga jaket itupun dikenakan oleh sang akhwat. Singkat memang pembicaraan mereka. Tidak ada yang istimewa dalam kata-kata bahkan ekspresi sang akhwat ketika meminjam jaket sang ikhwan tersebut. Tapi tahukah saudaraku, secara tidak sadar akan ada rasa yang berbeda pada sang ikhwan ketika jaketnya pernah dikenakan oleh seseorang terutama seorang akhwat. ukhti, ikhwanpun hanya seorang manusia, Pasti ada rasa yang tertinggal pada jaket yang pernah engkau kenakan. Entah, rasa itu apa. Begitupun sebaliknya akhi, akhwatpun bukan malaikat. akan terkenang suatu saat, walaupun ia tak pernah meminta kenangan itu hadir kembali. Tak ada yang salah dengan ‘saling tolong menolong dalam kebaikan. Tapi apakah kita pernah berfikir dampak dari sebuah kebaikan yang salah diartikan. Meminjami sepotong jaket, walaupun hanya beberapa saat kepada seseorang yang bukan menjadi muhrim kita.
Jaket merupakan kepemilikan yang sangat pribadi. Sangat tidak ahsan jika kita meminjam baju, jaket atau sebangsanya kepada lawan jenis yang bukan mahram. Jaket atau sejenisnya, merupakan hal yang sangat prinsipal bagi si pemiliknya. Alangkah baiknya jika hanya kita atau orang2 tertentu yang memang pantas untuk mengenakannya yang kita pinjami.
Ketahuilah saudaraku, Alqur’anpun tak luput menganalogikan pakaian seperti pasangan kita (bagi yang sudah menikah) “..Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi mereka..”(QS Albaqarah:187), ini menunjukkan bahwa pakaian merupakan hal yang sangat intim bagi si pemiliknya.
seandainya memang dalam keadaan terdesak, dalam suatu kondisi darurat, jika kita tidak pinjam jaket atau baju ikhwan/akhwat tersebut maka kita akan mati kedinginan, karena hanya ikhwan/akhwat tersebutlah didunia ini yang memiliki jaket, misal. Atau karena alasan2 yang sya’ri (tentu tidak dengan pembelaan diri). Mungkin hal tersebut masih diperkenankan. Akan tetapi masih ada jalan lain yang lebih ALLAH Ridhoi. Berusaha untuk sebisa mungkin tak memakai pakaian si ‘dia yang bukan mahram kita. Berusaha sebisa mungkin untuk menjauhkan diri dari hal yang tidak disukai ALLAH SWT.
Saudaraku, ALLAH akan dekat dengan kita jika kita menjauhi hal2 yang menjadi syubhat. Berusaha meninggalkan hal yang dilarang dan melaksanakan perintahnya. Mencoba untuk melakukan hal yang IA senangi, dan menjauhkan diri dari hal yang IA benci. Begitupun dari hal yang menurut kita sepele. ALLAH maha penyayang. Semoga ALLAH selalu melindungi kita dari apa-apa yang sifatnya ragu dan meragukan
malu-malu tapi mau...
 
Created by : My Sis Rimma Juwita

Tidak ada komentar: